Siapa sangka sebuah benda elektronik, mampu mengalihkan ingatan saya terhadap Mulan?
Kembali saya lari dari dunia nyata, dan berselancar dalam dunia data yang tak menuntut apapun selain menggunakannya, tak seperti Mulan yang begitu bawel menuntut ini dan itu yang anehnya justru membuat saya semakin kecanduan akan diri dan kebawelannya itu.
Dan ketika saya sudah mapan di depan keyboard serta layar monitor, saya bahkan tak kenal orang yang bernama Mulan sama sekali...!!!
Proyek buku pertama selesai. Mulan datang lagi. Saya kembali lari ke keyboard. Mulan pergi lagi. Saya matikan komputer, Mulan hidup lagi. Saya hidupkan komputer, Mulan mati lagi. Begitu seterusnya, hingga akhirnya saya benar-benar berhenti komputeran hanya jika telah benar-benar merasa amat lelah dan langsung terkapar di tempat tidur.
Makan-minum seadanya dan sedapatnya. Walau jika rejeki saya sedang baik, maka tiba-tiba saja sepiring nasi plus lauknya muncul dari balik pintu kamar saya.
Tidak secara gaib memang, karena nasi tersebut ibu saya yang membawanya. Kadang kakak saya, yang jika tak dilakukan, maka saya cuma makan satu kali saat lelah tadi.
Tak terasa telah lebih dari sekian judul buku yang saya buat, yang sebagian besarnya untuk jenjang TK hingga kelas 2 SD. Dan masih berlanjut terus dan terus, lagi dan lagi, karena saya memang sudah tak punya dunia yang lainnya lagi selain dunia komputer dan pendidikan. Karena dunia nyata saya telah dirampok habis-habisan oleh Mulan. Hingga tak ada satupun lagi yang tersisa di sana.
“Sebegitu besarnyakah cinta lo ke Mulan, Bay...?”
“Ho-oh...” Ucap saya sambil mengangguk-angguk sedih. Karena saya memang amat jarang bisa berbohong, kecuali jika situasi benar-benar menjadikan perkataan saya sulit untuk dilakukan.
“Sebegitu cantiknyakah Mulan, Bay...?”
Jujur, saya gelengkan kepala dengan lemah dan amat perlahan.