Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beberapa Dosa Dunia Pendidikan Terhadap Rakyat, serta Pelajaran tentang Uang

16 Juli 2015   04:31 Diperbarui: 16 Juli 2015   04:31 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi bahkan waktu yang telah serupa keong lumpuhpun, tetap saja memberi saya begitu banyak tahu-tahu, seakan-akan saya adalah pengidap amnesia berat yang lupa akan apapun!

Tahu-tahu malam, yang terus berganti dengan pagi, lalu malam lagi. Tahu-tahu siswa semakin banyak, memaksa kami harus pindah ke lokasi yang jauh lebih representatif. Tahu-tahu bocah yang saya didik itu ternyata anak dari guru-guru saya dulu, entah itu guru sekolah, madrasah atau guru mengaji waktu saya kecil, yang terus berputar generasi menjadi cucu-cucu mereka. Hingga suatu titik, tahu-tahu saya telah berhadapan dengan teman main dan atau teman dari kelompok saya yang lain... sebagai wali dari siswa saya!

Adakah kehidupan yang lebih aneh dari Dunia Aneh Si Bayangan...?!

Saya yang belum punya anak walau telah menginginkannya sejak masih duduk di bangku SMU, begitu repotnya mengurus dan mengajari begitu banyak anak orang lain, yang jelas-jelas merupakan sosok asing dalam hidup saya.

Saya yang dengan segala latar belakang ajaib dan tak membanggakan, justru terperangkap dalam dunia prestise dengan begitu banyak kemasan terbaik yang seakan-akan telah menjadi ‘nama tengah’ saya, yang dalam banyak situasi, memaksa saya untuk memberi konsultasi  layaknya seorang resi sakti dengan segudang pemahaman yang mumpuni, kepada wali siswa yang menjadi keluarga besar saya, yang daftar namanya saja barangkali cukup untuk membuat layangan peteng super besar.

Tidak sekedar konsultasi tentang sekolah dan pendidikan saja, seringkali mereka juga meminta teknis serta taktis terbaik yang sekiranya dapat menjadikan usaha yang tengah mereka geluti, menjadi lebih baik dengan cara dan tempo yang relatif sederhana. Mulai dari warung nasi mereka hingga jenjang karir di kantor dan sebagainya mengingat beragamnya latar belakang sosial yang ada. Bahkan tak jarang ada juga yang meminta masukan mengenai rumah tangga, yang setelahnya selalu saja menerbitkan tawa di akhir sesi karena siapapun jelas tahu bahwa saya adalah sosok muda yang belum menikah.

Dan saya sebagai sosok yang paling anti terhadap pendidikan, justru menghabiskan begitu banyak waktu hidup saya, dalam dunia yang pernah saya anggap sangat membosankan itu. Alangkah anehnya...!!!

Adakah kehidupan yang lebih aneh dari Dunia Aneh Si Bayangan...? Tak ada yang berkewajiban untuk menjawabnya. Karena ini memang bukan pertanyaan. Bahkan jika ini sebuah pertanyaanpun, tetap saja tak membutuhkan jawaban. Karena, seperti yang pernah saya ucapkan sebelumnya, seringkali jawaban memang tak pernah mampu untuk menjawab. Seperti pertanyaan yang selalu saja melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru yang lainnya, yang sama pelik, rumit, dan barangkali juga sama anehnya dengan hidup itu sendiri...

 

waktu telah habis kini, aku tahu

kucoba melupakan semua nyeri

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun