Atau dengan keciutan nyali yang sama tatkala membayangkan tatap mata curiga dan senyum setengah sinis yang diberikan para pebisnis kaya tersebut, saat kita mengutarakan maksud untuk belajar tentang uang kepada mereka, yang seketika membuat pilihan jatuh kepada belajar tentang uang cuma dari buku.
“Membaca buku, Bay...?! Huahh...!!!”
Ingin rasanya saya menyarankan yang lain kepada wajah-wajah kecut yang tak telahir sebagai penikmat buku ini. Misalnya dengan belajar ilmu kelas satu melalui praktek langsung dari pengalaman, yang mungkin akan membuat mereka seketika menjadi lebih hebat dari profesor keuangan manapun saat berhasil mempraktekkannya.
Namun bayangan tentang kegagalan yang berdarah-darah, memaksa saya tetap berkeras menyarankan untuk setidaknya tetap membaca buku, bahkan pada saat mereka telah memulai praktek bisnisnya seklipun! Walau saya dapat membayangkan betapa akan semakin kecut wajah mereka nanti, saat mengetahui bahwa buku-buku tersebut bahkan ada yang lebih tebal dari Kitab Suci, dengan muatan isi yang banyak memaksa kening berkernyit menangkap maksud yang hendak dicapai.
Ada begitu banyak buku yang membahas cukup lengkap tentang uang, juga sikap-kebiasaan serta kepribadian yang ‘katanya’ dapat membuat uang mendatangi kita.
Renald Khasali dengan Change!-nya akan mengajari kita dengan kalimat-kalimat serius yang lumayan berat. Juga Stephen R Covey dengan The 7 Habits dan seri lanjutannya, yang cuma sedikit lebih ringan. Sementara Ari Ginanjar memberi kita banyak pencerahan yang bermanfaat dalam hidup dengan ESQ-nya.
Mau yang lebih spesifik? Donald Trumph mengajarkan hampir semua tentang bisnis properti, juga cara tepat untuk menendang balik siapapun yang telah ‘memakan’ kita. Atau Air Asia dan Virgin Air dengan bisnis penerbangannya yang padat modal dan resiko, walau dengan margin yang sayangnya sangat tidak padat.
Namun dari semua buku tentang uang yang pernah saya baca tersebut, pilihan saya jatuh pada serial Rich Dad karangan Robert T. Kiyosaki, dengan narasi yang cukup ringan dan amat mudah untuk dicerna, yang semasa kuliah dulu sempat membuat saya ikutan jadi kuli menggotong-gotong buku Cashflow Quadrant ke UI dan Al-Azhar sambil sesekali membuka isinya.
Hasilnya? Tetap saja saya bingung dan tidak mengerti apa-apa! Bahkan juga terhadap buku-buku Mr. Kiyo tersebut, yang walaupun tetap saya klaim sebagai buku paling ringan dan mudah untuk dicerna, namun persoalannya akan menjadi lain sama sekali saat saya berkeinginan untuk mempraktekkannya!
Yang Dibutuhkan untuk Bisnis yang Baik