Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beberapa Dosa Dunia Pendidikan Terhadap Rakyat, serta Pelajaran tentang Uang

16 Juli 2015   04:31 Diperbarui: 16 Juli 2015   04:31 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali sambil bersiul-siul dan menjentikan jari, saya ajak kau ke tempat di mana uang telah sekian lama duduk dengan manisnya, seperti mempelai wanita yang siap untuk kau pinang dan kau nikahi.

Sedikit melangkah ke Utara Jakarta akan kau temui mereka yang butuh untuk kau pasok secara rutin Ikan Cakalang sebanyak satu setengah ton perhari. Dan dengan jumlah rupiah yang tak lebih dari 30 juta sebagai penukar kuota ikan tersebut untuk 2 kali pengiriman, dengan sangat rela mereka akan memberimu selisih harga sebesar 250 ribu rupiah, dengan hasil tambahan dari biaya pengangkutan benda tersebut ke wilayah Tangerang sebesar jumlah yang sama, mulai dari pengiriman kedua dan seterusnya.

Tak perlu kau repot-repot berpartisipasi dalam operasional bisnis ini, karena hanya dengan memotong 100 ribu dari income-mu tadi, telah cukup membuatmu memiliki supir + mobil losbak sewaan. Dan dengan sisa laba yang 400 ribu dikalikan 1 bulan, tentu saja cukup untuk membuatmu ‘Nikah ala Kampung’ setiap bulan... sebanyak yang kau mau!

Kurang banyak? Silahkan melangkah sedikit lebih jauh ke daerah Banten, sebab di sana kau akan mengetahui bahwa ternyata, ada sebuah mesin pencacah gelas Aqua bekas, dengan kapasitas kerja tak kurang dari 2 ton perhari, yang bisa kau miliki cuma dengan harga 50 juta saja.

Tinggal kau tambahkan rupiah sebesar maksimal harga mesin tersebut sebagai cara memperoleh bahan baku dan pengoperasionalannya, maka kau tidak perlu bingung lagi untuk menghitung, berapa besar laba yang kau punya, jika setiap kilogram yang dihasilkan dari mesin pencacah tersebut, kau bisa mengantongi tak kurang dari 6000 rupiah.

Tahukah kau berapa yang bisa kau peroleh dalam sebulan? 360 juta, Bro...!!! Dan dengan teknik serta perhitungan tertentu maka kembali kau tidak butuh bersusah-payah untuk ‘kerja rodi’ di dalamnya. Cukup kau potong dengan sangat... sangat... sangat... dan sangat sedikit dari penghasilan yang kau peroleh tersebut, secara otomatis akan menjadikanmu orang yang paling produktif menghasilkan rupiah, walaupun hanya sambil mengopi dan atau mengasuh bayi! Dan dengan pendapatan yang sebesar itu saya amat yakin bahwa kau tentu tak akan memilih ‘kawin berkali-kali’ sebagai arah hidupmu, hehehe...

Dengan cara yang tak banyak berbeda, kau bisa melangkah lebih jauh ke Serang dengan bisnis PE tikusnya. Dan setelahnya, dalam waktu yang relatif singkat akan mem-bai’atmu menjadi Raja.

Atau ke Pasar Induk dengan segala macam pasokan bahan makanannya. Atau ke Pusat Jakarta dengan gudang berasnya, dan tentu saja Bulognya. Atau sembakonya, atau cuma jasa pengangkutannya dari satu pasar yang lebih besar ke pasar-pasar yang lebih kecil dan tradisional, dengan kau cuma perlu mengumpulkan 10 pelanggan serta standby selama lebih kurang 1 jam, maka 100 ribu bersih akan langsung menghuni kocekmu. Tinggal kau tentukan sendiri kemudian berapa jumlah pelanggan yang ingin kau miliki, yang tentu saja berimbas kepada berapa rupiah yang akan kembali menimbun kocekmu.

Jika kau ‘siap tempur’, mengubah pasar tradisional di daerahmu menjadi sebuah kompleks ‘Koperasi Pertokoan’ jelas sebuah tantangan tersendiri yang cukup menendang adrenalin, yang walaupun mungkin lebih rumit dan ‘butuh’ melibatkan beberapa unsur dalam masyarakat, namun jika berhasil kau lakukan, akan serta-merta menyejajarkanmu dalam deretan pengusaha properti ‘terselubung’ selama minimal 30 tahun ke depan...!!!

 

Dongeng Tentang Kecil yang Tak Akan Pernah Mampu Membesar

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun