Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beberapa Dosa Dunia Pendidikan Terhadap Rakyat, serta Pelajaran tentang Uang

16 Juli 2015   04:31 Diperbarui: 16 Juli 2015   04:31 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meninggalkan Petualangan Hitam

Itulah masa-masa awal Mulan datang dalam hidup saya, dan melakukan begitu banyak kisah ‘heroik’ setelahnya, yang membuat hidup saya jadi memiliki begitu banyak warna selain hitam dan abu-abu. Walau saya juga tahu teramat banyak parafin yang meleleh dari tubuhnya, saat ia menjelma lilin yang terus-menerus saya dekap hingga terbakar semua gelap saya.

Dan itu bukanlah sesuatu yang mudah buat kami berdua! Butuh terlalu banyak tahun untuk kami melakukannya, yang mungkin akan terus kami lakukan selamanya, jika saja sebuah badai besar tak menerjang kapal saya.

Tapi mengetahui jelas berbeda dengan mencicipi. Apalagi menikmati dan atau menggunakannya untuk kepentingan pribadi, yang seringkali hanya berujung sebagai umpan lambung, yang lantas menjadi kotoran tak berarti.

Bersamaan dengan kehadiran Mulan, saya tinggalkan semua petualangan hitam yang pernah begitu tak asing dalam hidup tersebut, tanpa pernah sekalipun berkeinginan untuk mengulanginya. Walau lama setelahnya masih saja ada kabar tentang teman yang betah berkecimpung dan terlibat dalam bisnis yang teramat dekat dengan (maaf) ‘dunia lendir’ itu, dengan segala variasi dan turunannya.

Bahkan dengan segala petualangan berat yang pernah saya alami, tetap tak mampu membuat saya menjadi seseorang yang lebih berharga, melainkan justru terlempar dari UI dan semua dunia utopia yang pernah begitu optimis saya reka bersama Mulan!

Kembali kosong. Kembali abu-abu. Kekosongan yang melahirkan jutaan pemikiran yang begitu entah.

Pada masa-masa seperti itu tentu saja saya juga mencari Tuhan, karena kita semua tahu bahwa Tuhan seringkali menjadi begitu berharga, terutama saat tak ada lagi sesuatupun yang tersisa. Walau saya sadar bahwa pencarian itu amatlah sia-sia mengingat betapa rapatnya Mulan menyembunyikan Tuhan dari diri saya.

Dalam duka saya kembali terkapar, terjerembab ke kubangan sunyi yang pernah amat saya kenal dengan nama: Kehilangan, tanpa pernah ada seorangpun yang berkeinginan untuk menguatkan saya. Tidak teman-teman saya. Tidak juga Mulan...

 

Sebelum BHMN, Kampus Negeri Pernah Menjadi Tempat Gratis Menuntut Ilmu

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun