Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Love in an Annoyed Look (Part 1)

14 Oktober 2024   21:46 Diperbarui: 14 Oktober 2024   21:57 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alya hanya bisa menatap punggung Arga yang semakin menjauh. “Hebat, sekarang aku harus bertahan hidup dengan si dingin Arga,” gumamnya pelan, berusaha menahan kekesalan yang meletup di dadanya.

Namun, di dalam hati, ada perasaan lain yang tak bisa ia abaikan. Meskipun mereka selalu bertengkar, ada sesuatu tentang Arga yang selalu membuatnya penasaran. Sesuatu yang selama ini berusaha ia tolak. Tapi, bekerja berdua dengan Arga selama berminggu-minggu? Alya tak yakin bisa terus menghindar dari perasaan itu.

Dengan berat hati, Alya melangkah pulang, pikirannya penuh dengan bayangan tentang proyek, tugas yang menumpuk, dan… Arga.

Besok akan jadi awal yang panjang, dan Alya tidak yakin dia siap menghadapi perasaan yang mulai bercampur aduk di hatinya.

Bab 2: Awal dari Sebuah Ketegangan

Keesokan harinya, Alya bangun lebih awal dari biasanya. Bukan karena bersemangat, melainkan karena perutnya terasa bergejolak. Mengingat ia harus bertemu dan bekerja sama dengan Arga seharian ini membuatnya stres. Ia memandang pantulan dirinya di cermin, berharap bisa menghilangkan segala kecemasan yang mengganggunya.

"Tenang, Alya. Kamu cuma harus melewati ini. Nggak ada yang spesial tentang kerja kelompok ini," katanya pada diri sendiri, mencoba menyuntikkan keberanian.

Namun, meski sudah mengatakan itu berulang kali, jantungnya tetap berdebar lebih cepat dari biasanya. Dengan enggan, ia mengambil tasnya dan melangkah keluar menuju kafe dekat kampus tempat ia dan Arga sepakat untuk bertemu.

Ketika Alya sampai di kafe, Arga sudah duduk di sudut ruangan dengan laptop terbuka. Wajahnya tetap tenang dan dingin, seperti biasa. Ia terlihat asyik mengetik, tampak tak peduli dengan suasana sekitar. Alya mendekat dan duduk di depannya, berusaha sekeras mungkin untuk mengendalikan raut wajahnya agar tidak menunjukkan kekesalan.

"Udah mulai tanpa aku, ya?" tanya Alya, mencoba terdengar santai, meski nada kesal tak sepenuhnya bisa ia sembunyikan.

Arga mengangkat kepala, menatap Alya sekilas sebelum kembali pada laptopnya. "Aku cuma ngatur template dokumen. Biar kita nggak buang waktu."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun