Malam itu, setelah diskusi panjang, mereka akhirnya menemukan cara baru untuk mendekati proyek mereka. Mereka memutuskan untuk membagi tugas dengan lebih jelas dan mengambil jeda di tengah-tengah kerja keras mereka. Mereka mulai berkomunikasi dengan lebih terbuka, dan secara bertahap, ketegangan di antara mereka mereda.
Selama minggu berikutnya, Alya dan Arga merasa lebih baik. Mereka dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dengan lebih efisien, dan suasana hati mereka juga mulai pulih. Momen-momen kecil di antara mereka—tertawa bersama, berbagi makanan ringan, atau bahkan saling menggoda—semuanya mulai membawa kembali keceriaan yang sempat hilang.
Namun, di tengah semua itu, Alya masih merasakan ada sesuatu yang belum terucap antara mereka. Meskipun hubungan mereka terasa lebih dekat, ia juga merasakan keengganan dari Arga untuk berbicara tentang perasaan yang mereka bicarakan sebelumnya.
Suatu sore, ketika mereka berdua duduk di luar kampus, menikmati teh es di bawah pohon rindang, Alya merasa itu adalah waktu yang tepat untuk membahas hal itu. “Arga,” ia memulai dengan suara lembut, “aku tahu kita sudah banyak membahas proyek ini, tapi... bagaimana dengan perasaan kita?”
Arga menatap Alya, dan Alya bisa melihat keraguan di wajahnya. “Kita sudah sepakat untuk berjalan pelan-pelan, kan?”
“Iya, tapi itu tidak berarti kita tidak bisa membahasnya. Aku merasa kita sudah lebih dekat, dan aku ingin tahu ke mana kita sebenarnya ingin pergi,” Alya berkata, berusaha mengekspresikan keinginannya untuk memahami hubungan mereka lebih dalam.
Arga terdiam, tampak berpikir keras. “Alya, aku suka bersamamu. Tapi aku juga takut. Kita memiliki banyak tanggung jawab, dan aku tidak ingin merusak apa yang kita miliki.”
Alya merasa harapannya mulai menguap. “Jadi, kamu tidak ingin memperjelas apa yang kita rasakan?”
Arga menggigit bibirnya, lalu menjawab, “Aku ingin, tapi aku juga ingin memastikan bahwa kita tidak kehilangan apa yang kita miliki saat ini.”
Alya merasa hatinya tertekan. “Jadi, kita akan terus menunggu?”
“Aku tidak ingin itu. Mari kita coba untuk bersikap terbuka dan jujur satu sama lain. Tapi aku juga ingin kita tetap fokus pada apa yang harus kita selesaikan saat ini. Kita bisa bicara lebih dalam setelah proyek ini selesai,” Arga menjawab.