Arga tersenyum. "Aku juga. Awalnya aku pikir kita nggak akan pernah bisa akur."
"Tapi lihat kita sekarang," lanjut Alya, mencoba menyembunyikan rasa haru yang mulai muncul. "Kita malah bisa makan malam bareng seperti ini."
Arga menatap Alya dengan senyum tipis, dan di saat itu, Alya merasakan kehangatan yang menyelimuti hatinya. Ia tahu hubungan mereka masih jauh dari jelas, tapi ia juga tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapi semuanya bersama.
Dan untuk pertama kalinya, Alya merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, semuanya akan baik-baik saja.
Bab 6: Titik Balik yang Tak Terduga
Malam itu, setelah makan malam yang menyenangkan, Alya dan Arga pulang dengan perasaan lebih ringan. Meski ketidakpastian masih menyelimuti hubungan mereka, ada harapan baru yang tumbuh di antara mereka. Alya merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya, semangat yang lebih besar untuk menjalani hari-harinya bersama Arga.
Namun, keesokan harinya, keadaan mendadak berubah. Saat Alya tiba di kampus, ia mendengar desas-desus tentang perubahan mendadak dalam struktur proyek mereka. Ternyata, dosen pembimbing mereka memutuskan untuk mempercepat deadline presentasi. Hal ini membuat semua anggota tim dalam keadaan panik, termasuk Arga.
Ketika Alya menemukan Arga di perpustakaan, ia sudah melihat kerut di dahi Arga. “Alya, kita harus segera menyusun ulang presentasi ini! Dosen bilang kita harus siap dalam dua minggu!” kata Arga, suaranya penuh tekanan.
Alya merasa gelisah mendengar kabar itu. “Dua minggu? Tapi kita belum setengah jalan!”
“Aku tahu! Kita harus bekerja keras, dan aku butuh bantuanmu untuk memecah bagian-bagian yang perlu kita fokuskan.” Arga berkata sambil membuka dokumen di laptopnya.
Alya merasa tekanan semakin berat. Dia ingin membantu, tetapi di saat yang sama, ia merasa tidak siap menghadapi situasi ini. “Tapi, Ga... apa kita bisa menyelesaikannya dalam waktu segitu?” tanyanya, sedikit ragu.