Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yono: Rekaman Kesalahan Seorang Presiden

6 Oktober 2024   08:37 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali di ruang rapat, Yono memutuskan untuk menghadapi Dimas secara langsung. "Kita perlu memanggil Dimas sekarang juga," perintahnya kepada Budi. "Kita harus memastikan bahwa kita tahu apa yang sedang terjadi."

Setelah beberapa saat menunggu, Dimas masuk ke dalam ruangan. Wajahnya tampak tenang, tetapi Yono bisa merasakan ketegangan di udara. "Dimas, ada beberapa hal yang ingin kita bicarakan," kata Yono, langsung ke pokok permasalahan.

Dimas tampak bingung. "Apa maksud Anda, Pak?"

"Informasi yang saya terima menunjukkan bahwa Anda telah berkomunikasi dengan Hendra," tegas Yono, menatap Dimas dengan tajam. "Kami ingin tahu apa yang Anda bicarakan."

Dimas terdiam sejenak, tampak cemas. "Saya tidak tahu apa yang Anda maksud. Saya tidak berkomunikasi dengan siapa pun," jawabnya, suaranya bergetar.

"Jangan berbohong di hadapan saya. Kami memiliki bukti. Sekarang, ceritakan yang sebenarnya atau saya akan membawa Anda ke pihak berwajib," ancam Yono, suaranya semakin menegangkan.

Akhirnya, Dimas menyerah. "Baiklah, saya bertemu dengan Hendra. Dia menawarkan posisi kepada saya jika Anda jatuh. Saya tidak bermaksud untuk melakukannya. Saya hanya... merasa terjebak," ia menjelaskan, terlihat sangat menyesal.

Yono menatap Dimas dengan campuran kemarahan dan belas kasih. "Kamu harus memahami bahwa tindakanmu tidak hanya membahayakan dirimu, tetapi juga seluruh pemerintahan. Kami akan memberikanmu kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini. Tapi kamu harus bersedia menjadi saksi dan mengungkap semua yang kamu ketahui."

Dimas mengangguk, matanya penuh rasa takut dan penyesalan. "Saya akan membantu Anda, Pak. Saya akan menceritakan semuanya."

Malam itu, Yono mengumpulkan tim kepercayaannya kembali. "Kita punya kesempatan untuk membongkar rencana Hendra," kata Yono dengan semangat. "Dimas bersedia membantu kita. Kita perlu membuat rencana untuk menghadapi mereka dan mengungkap semua yang telah mereka rencanakan."

Budi dan Rina terlihat bersemangat. "Ini adalah langkah besar," ujar Rina. "Kita bisa menggunakan informasi ini untuk memperkuat posisi kita dan menunjukkan kepada publik bahwa kita berkomitmen untuk memberantas korupsi."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun