Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yono: Rekaman Kesalahan Seorang Presiden

6 Oktober 2024   08:37 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Yono mempersiapkan diri untuk rapat dengan para menterinya, ia tidak tahu bahwa di luar sana, Andi tengah bersiap-siap mengumumkan laporan baru dari Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia. Laporan yang akan mengguncang publik, membeberkan empat kesalahan besar yang dilakukan Yono selama masa kepemimpinannya---kesalahan yang akan menjadi bayang-bayang panjang di akhir karier politiknya.

Dan pagi itu, tanpa disadari oleh siapa pun, menjadi awal dari babak baru yang penuh ketegangan di perjalanan panjang kekuasaan Yono. Di satu sisi, ada kemegahan proyek-proyek besar, dan di sisi lain, ada kehancuran yang perlahan mulai merayap dari sudut-sudut yang terabaikan.

Ketika jam di dinding berdetak menuju siang, negara ini sedang bersiap untuk menghadapi badai politik yang akan menguji fondasi pemerintahan Presiden Yono. Dan bagi Andi, inilah saat yang tepat untuk mengungkap kebenaran---kebenaran yang akan mengguncang tidak hanya Yono, tetapi seluruh bangsa.

Bab 2: Empat Kesalahan Besar

Andi menatap layar presentasinya dengan perasaan campur aduk. Beberapa minggu terakhir, ia dan timnya telah mengumpulkan data, wawancara, dan bukti-bukti yang semakin memperjelas apa yang selama ini hanya sekadar desas-desus: ada sesuatu yang salah dengan cara Presiden Yono menjalankan pemerintahannya. Hari ini, laporan dari Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia akan dirilis, dan Andi tahu bahwa hasilnya akan memicu reaksi keras, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.

Di ruangan sempit yang penuh dengan tumpukan dokumen dan layar monitor yang menyala, Andi mempersiapkan presentasinya. Ia berdiri di depan papan tulis yang penuh coretan, sambil menatap rekannya, Rina, yang sibuk mencatat poin-poin penting. Rina, seorang peneliti senior, sudah bertahun-tahun bekerja bersama Andi. Keduanya tahu bahwa hari ini akan menjadi momen penting dalam karier mereka.

"Apakah kita siap?" tanya Rina dengan suara sedikit bergetar, meski dia berusaha terlihat tenang.

Andi mengangguk, meskipun di dalam hatinya, ada ketegangan yang tak bisa ia abaikan. "Ini bukan soal siap atau tidak, ini soal kebenaran. Dan kita sudah siap sejak lama untuk ini."

Andi kemudian berdiri di depan layar besar yang menampilkan judul presentasinya: "Empat Kesalahan Besar Pemerintahan Yono". Di bawahnya, logo Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia tampak mencolok.

Saat media mulai berdatangan dan ruang konferensi mulai dipenuhi dengan wartawan dari berbagai media nasional, Andi merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Sorotan lampu kamera, suara kertas yang dibolak-balik, dan gemuruh percakapan membuat suasana semakin menegangkan. Semua orang tampak menunggu dengan penuh antisipasi.

Andi memulai presentasinya dengan memaparkan kesalahan pertama. "Kesalahan terbesar pertama yang kami identifikasi adalah kerusakan sistem demokrasi. Presiden Yono, secara sistematis, telah memperalat lembaga legislatif dan peradilan untuk mendukung kekuasaannya. Ini bukan lagi demokrasi, tapi kontrol yang terpusat. Sistem check and balance yang seharusnya ada, kini telah hancur. Lembaga legislatif yang seharusnya mengawasi eksekutif kini berfungsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah. Apa yang kita lihat hari ini adalah dominasi kekuasaan yang tanpa batas."

Slide berikutnya muncul, memperlihatkan grafik dan data yang mendukung pernyataan Andi. Penurunan independensi lembaga peradilan, meningkatnya intervensi pemerintah dalam keputusan-keputusan hukum, dan banyaknya kebijakan yang diambil tanpa persetujuan yang benar-benar transparan dari parlemen. Andi tahu, ini adalah topik sensitif, namun ia juga tahu bahwa ini adalah kebenaran yang harus disampaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun