Bab 16: Titik Balik
Setelah berminggu-minggu ketegangan, Yono merasa bahwa waktu untuk bertindak semakin dekat. Rencana komunikasi yang telah disusun oleh timnya mulai menunjukkan hasil, dan dukungan publik mulai meningkat. Namun, ia tetap waspada terhadap potensi pengkhianatan dari dalam.
Satu malam, saat Yono berada di kantornya, Budi masuk dengan wajah tegang. "Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," katanya, menutup pintu dengan hati-hati.
"Apa yang terjadi?" tanya Yono, merasakan kegelisahan di udara.
"Kami telah mendapatkan informasi bahwa ada seseorang di dalam tim kita yang telah berkomunikasi dengan Hendra. Mereka mungkin terlibat dalam skema untuk menjatuhkan Anda," jelas Budi, suaranya bergetar.
Yono terkejut. "Siapa orang itu?"
"Namanya Dimas. Dia adalah analis kebijakan kita," jawab Budi. "Kami menemukan bahwa dia telah bertemu dengan Hendra beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir."
Yono merasakan kemarahan dan pengkhianatan meresap ke dalam jiwanya. "Kita harus segera mengambil tindakan. Kita tidak bisa membiarkan dia terus bergerak tanpa terdeteksi."
Di luar, Andi dan Rina terus bekerja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Mereka telah menyusun rencana untuk mengadakan aksi demonstrasi besar-besaran yang akan membawa perhatian publik kepada isu-isu korupsi dan transparansi.
"Ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan bahwa rakyat tidak tinggal diam!" ujar Andi, penuh semangat. "Kita perlu membuat suara kita didengar."
Rina menambahkan, "Kita harus memastikan bahwa semua orang tahu tentang rencana aksi ini. Kita harus mengajak masyarakat untuk bergabung dan berpartisipasi."
Mereka mulai menyebarkan informasi melalui media sosial dan mengajak berbagai kelompok masyarakat untuk berkolaborasi. Andi merasa optimis bahwa aksi ini akan mengguncang sistem dan memberikan tekanan lebih pada pemerintah.