"Kita bisa mengambil pendekatan yang lebih halus, Pak. Mendengarkan tuntutan mereka, merombak kabinet, menunjukkan kepada publik bahwa kita masih bisa berubah. Rakyat hanya ingin melihat bahwa Anda masih mendengarkan mereka. Ini akan memberi kita waktu untuk menenangkan situasi."
Di luar sana, suara teriakan massa semakin keras. Para orator dari berbagai organisasi masyarakat dan tokoh-tokoh aktivis mulai berorasi, menyuarakan kritik terhadap berbagai isu, dari korupsi hingga ketimpangan pembangunan. Tuntutan mereka semakin jelas: reformasi total atau pengunduran diri Presiden Yono.
Andi akhirnya naik ke panggung, diiringi sorakan ribuan pendukung. Mikrofon di depannya bergetar di tangan, tetapi bukan karena gugup, melainkan karena energi yang mengalir dari massa yang bersemangat. Ia berdiri tegak, menatap kerumunan di hadapannya, dan berbicara dengan suara yang penuh keyakinan.
"Kita berkumpul di sini bukan untuk menentang satu orang, bukan untuk menyerang satu jabatan. Kita ada di sini untuk menuntut perubahan nyata! Sudah terlalu lama kita diam, sudah terlalu lama kita dipaksa menerima ketidakadilan ini!" suaranya bergema melalui pengeras suara, mengalir kuat di antara massa yang mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Selama bertahun-tahun, kita melihat bagaimana hukum digunakan untuk melindungi mereka yang berkuasa, bukan untuk melindungi rakyat. Kita melihat bagaimana pembangunan hanya dinikmati oleh segelintir orang, sementara saudara-saudara kita di pelosok negeri dibiarkan tertinggal. Dan yang paling mengerikan, kita melihat generasi mendatang yang akan menanggung beban utang yang kita tidak pernah meminta!"
Massa semakin bergemuruh, meneriakkan dukungan untuk Andi dan apa yang ia perjuangkan.
"Kita tidak menuntut keajaiban, kita menuntut keadilan! Kita menuntut pemerintahan yang transparan, yang mendengarkan suara rakyat, bukan hanya suara para elit politik! Kita ingin pemerintahan yang peduli pada seluruh rakyat, bukan hanya pada kekuasaan!"
Di balik layar, Rina memperhatikan bagaimana Andi berhasil membakar semangat massa. Ia tahu bahwa pidato ini akan menjadi salah satu momen yang diingat dalam sejarah politik negeri ini.
Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Rina juga merasakan ketakutan. Ia tahu bahwa semakin besar protes ini, semakin keras reaksi dari pihak pemerintah. Dan ia tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di sisi lain, di ruang rapat Istana, Presiden Yono berdiri dari kursinya. Ia menatap wajah-wajah penasihat dan menterinya, lalu berjalan ke jendela besar yang menghadap ke jalanan Jakarta. Ia bisa melihat dari jauh kerumunan besar yang berkumpul di sekitar Monas, menyuarakan tuntutan mereka. Ia tahu bahwa saat ini, masa depan pemerintahannya tergantung pada keputusan yang akan ia ambil dalam beberapa jam ke depan.
"Aku akan memberikan pernyataan resmi," kata Yono akhirnya, dengan suara yang dingin namun tegas.