"Ini Nona Caroline, pacarnya Mas Ilham dari Perancis buk, mau ketemu Ilham..!"ujar salah seorang pengawal Caroline. Ibu Ilham tercengang "pacar???".
"Je suis dsol, madame, je suis son frre adoptif Ilham de France. Je m'appelle Caroline" Jawab Caroline seraya menatap penerjemahnya.
"Maaf bu, wanita ini adik angkatnya Ilham dari Perancis. namanya Caroline" Ujar penerjemah tadi. Ibu ilham tercengang.
"Oh... cantiknya... mari-mari..!" Ibu Ilham akhirnya mengerti dan bercerita panjang lebar dengan Caroline dan dibantu si penerjemah.
Caroline memutuskan untuk tinggal sementara bersama keluarga Ilham, sehingga isu berkembang ditengah masyarakat bahwa Caroline adalah calon mantunya Buk Riska dan Pak Ardi. Cerita ini bertebaran di media sosial dan tak luput dari perhatian Diana yang sudah menikah dengan tentara itu. Sudut hati Diana menjerit..! ia membandingkan dirinya dengan Caroline, keduanya imbang. Baik disegi kecantikan maupun disegi penampilan. Namun yang membedakan, Diana sudah jadi milik orang, sedangkan Caroline masih lajang.
Hari-hari indah dilalui oleh Caroline di Indonesia. Ia ikut ke sawah milik orangtua Ilham, melihat orang menanam padi, burung-burung disawah, dan suara pengajian, azan, dan orang sembahyang dari masjid membuat hatinya tenteram. Dan ia mulai belajar bahasa Kerinci dialek Siulak dari keluarga Ilham.
Hatinya sudah terpikat oleh segepal tanah dari surga ini, yaitu Bumi Sakti Alam Kerinci nan tenteram dan damai. Namun kecemburuan dari jauh telah lahir. Kecemburuan dari seorang pengantin baru, Diana Martilova tersulut begitu melihat dari jauh kemesraan keluarga Ilham dengan Caroline.
Caroline diajak ke tempat wisata oleh kawan-kawan gadis dari desa Ilham. Rasa cinta terhadap tanah Indonesia mengalir dihati caroline.
Â
Â
BAB XV