Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Petualangan Ilham Kurniawan 2

25 Juli 2024   21:59 Diperbarui: 25 Juli 2024   22:10 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAB XII

PERTEMUAN DI MENARA EIFFEL

Tiada terasa, satu Tahun berlalu dengan cepatnya. Akhir november tahun itu, musim dingin dengan salju yang turun, Ilham bersama anggota pengawalnya turun di menara eiffel menikmati keindahan malam. Lampu warna-warni, dan kafe-kafe yang dipenuhi pengunjung.

"Mr. Ilham, di Hotel Pullman Paris Tour Eiffel, ada acara pertemuan bisnis para pengusaha dari Indonesia. Tidakkah tuan mau kesana?" tanya Erick kepada Ilham.

"Hotel Pulman? Ayo kita kesana tapi kau siapkan pakaian sederhana untukku. Aku tidak ingin terlihat mencolok" bisik Ilham.

Lalu mereka menuju hotel pulman. Ilham duduk di kursi belakang bersama Erick, disana tampak banyak para pengusaha dunia manca negara. Ilham yang berpakaian sederhana menarik perhatian seorang tuan muda dari keluarga Adalberto yang bernama Samuel Adalberto.

"Est-ce que tout le monde est autoris entrer dans cette salle? (apakah semua orang bebas memasuki acara ini?" ujarnya yang menarik perhatian semua orang.

"Qui vous a caus des ennuis ? (siapa yang membuat masalah terhadapmu? Tuan muda Samuel?" tanya Anggelo disampingnya.

"lihatlah, pemuda itu tampak sebagai orang Asia, tetapi dia begitu miskin dan kolot" ujar Samuel kepada Ilham.

"Biarkan saja, toh kehadirannya hanya duduk dibangku belakang saja...!" cibir Brandy seraya tertawa. Semua orang tertawa sinis memandang Ilham.

Namun tidak dengan seraut wajah tua yang duduk tak jauh dari sana, beliau adalah Mr. Ilyas from Indonesian. Tuan Ilyas ikut sebagai tamu dalam acara seminar Bisnis internasional mengikuti Pemerintah dari Indonesia dalam hal industri kayu manis tingkat dunia. "Hm, wajah itu begitu familiar, dimanakah saya pernah menjumpainya?" batin Ilyas.

Seminar bisnis tingkat dunia di Paris berlangsung selama tiga hari, Ilyas beberapa kali bertemu dengan Ilham, namun dia lupa siapakah pemuda yang tampak familiar ini?.

Akhirnya, PT. Cassiavera milik Tuan Ilyas, dapat bekerjasama dengan PT. Aigle des montagnes di Perancis. Penanda tanganan kontrak sudah dilakukan, dan mulai bulan depan PT. Cassiavera milik Tuan Ilyas akan mengekspor kulit kayu manis dari pulau sumatera Indonesia ke Perancis yang akan dikelola oleh PT. Aigle des montagnes milik seorang tuan muda Perancis yang bernama Mr. Ilham Kurniawan.

Setelah pertemuan di menara eiffel, Mr. Ilyas kembali ketanah air dengan perasaan gembira dan bahagia. Ia akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Kerinci yang berdagang kayu manis, dengan harga kelas internasional Euro/USD.

 

 

BAB XII

PERNIKAHAN DIANA

Setelah wisuda sarjana S1 nya, Diana bergabung dengan sebuah perusahaan ayahnya yang bergerak dibidang ekspor kulit manis ke luar negeri. Ia juga bersiap-siap akan melanjutkan kuliah S2 nya. Namun kekasihnya Pratu Joni sudah membawa keluarganya untuk meminang Diana, seorang gadis cantik nan jelita.

Akhirnya, dengan perasaan sedikit bimbang Diana menerima pinangan Joni, dan mereka sepakat akan menikah di bulan Juli setelah hari raya Idul Fitri.

Persiapan pernikahanpun dilakukan, mulai dari pelaminan, undangan, serta panitia disiapkan sedini mungkin. Maklum orang kaya yang terpandang, pak Ilyas ingin relasinya diundang, bahkan relasi yang berada di Perancis CO. PT. Aigle des montagnes juga di undang.

Erick yang melihat undangan tersebut memberikannya kepada Ilham. "Tuan Ilham, ini ada undangan dari PT. Cassiavera mengundang kita untuk acara resepsi anaknya di Indonesia!" ujar Erick seraya menyerahkan undangan merah jingga kepada Ilham.

"Hm, kau urus segala sesuatunya, aku akan menghadirinya, dan sekaligus aku akan melayat orangtuaku dikampung halaman!" jawab Ilham tanpa membuka undangan tersebut.

"Oh right? Memang Tuan Ilham masih punya orangtua?" Erick pun terkejut. Setahunya Ilham ditemukan Tuannya disebuah pulau tak berpenghuni hidup sebatangkara.

"Masih ada! Tapi sekarang aku sudah tidak tahu lagi, apakah beliau masih ada atau tidak, karena sudah lebih lima tahun aku menghilang dan dianggap mati oleh semua orang!" lirih Ilham menarik nafas panjang, dan matanya menerawang jauh kekampung halamannya.

"Wah, aku ingin ikut bersama Tuan ke Indonesia!" ujar Erick semangat.

"Tentu, engkau merupakan sahabat setiaku saat ini, aku tidak tahu musuh kita yang tersembunyi di seluruh negara. Dan untuk identitasku, cukup kalian saja yang tahu!" jawab Ilham seraya mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.

Pernikahan Diana akan dilangsungkan tiga hari lagi, bertempat di Hotel Grand Kerinci. Seluruh kamar hotel sudah di boking, ruangan aula sudah ditata sedemikian rupa. Para panitia sudah standby dan melakukan gladi.

Seorang pemuda berambut pendek, jecket lusuh, celana jeans yang lusuh dan bersepatu turun dari sebuah angkot di Desa Siulak Gedang. Sebuah tas ransel tergantung dipundaknya. Dengan perasaan lesu, dia menatap suasana kampung yang sudah lima tahun ia tinggalkan. Orang-orang yang lalu lalang menatapnya dengan perasaan campur aduk.

"Ilham..?" teriak seorang wanita paruh baya dengan tergesa-gesa menghampirinya. Wanita tersebut diikuti oleh beberapa ibu-ibu yang sedang duduk diwarung.

"Mak Ita?" Ilham menyambut saudari ibunya yang bernama Mak Ita tersebut. Mereka langsung berpelukkan dan menangis.

"Ilham... kami mengira kau telah tiada nak...hiks.." suara Mak Ita terisak di bahu Ilham.

Orang-orangpun berkumpul dan menuntun Ilham kerumahnya. Disebuah rumah yang sederhana, tampak seorang Pria berumur 70 Tahunan duduk menghisap rokok, sementara seorang wanita paruh baya tampak sedang mengangkat kain dari jemuran.

"Kakak..!! lihat siapa yang pulang ini..!" teriak Mak Ita seraya membimbing tangan Ilham bersama para tetangga.

Wanita yang sedang mengangkat jemuran menoleh dan mengucek matanya. Tangannya gemetar, mulutnya menganga, ia ambruk dan langsung dibopong oleh suaminya.

"Ibu...!!! Ayah...!!!"teriak Ilham berlari menghampiri mereka. Setelah siuman, Bu Riska ibunya Ilham memeluk anaknya, menciumnya dengan linangan air mata, sementara Pak Ardi ayahnya Ilham tampak memuja dan memuji kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sore itu, keluarga tersebut menggelar do'a syukuran bersama tetangga, dan Ilham menceritakan pengalamannya yang berpetualang dipulau tak berpenghuni. Namun ia tidak menceritakan kisahnya di negara Perancis dua tahun terakhir ini.

"Apa...? Ilham sudah kembali pulang?"pekik Pak Ilyas seraya menatap anak buahnya. Sementara Diana yang baru mencoba pakaian pengantinnya terbelalak.

"Hah? Ilham sudah kembali...?"ujarnya tak percaya.

"Benar Kak, Ilham sudah kembali, dan sekarang ia sedang duduk diwarung kopi didepan rumah kita..!" ujar anak buah ayahnya.

Diwarung kopi, Ilham duduk bersama teman-temannya seraya tertawa berkelakar ria. Orang-orang takjub dengan cerita Ilham yang berjuang dipulau tak berpenghuni demi menyelamatkan dirinya.

"Ilham, Pak Ilyas mengundang anda kerumah sebentar..!" Ujar seorang pemuda yang datang menghampiri mereka.

"Oh ya?, baiklah teman-teman saya permisi dulu..!" ujar Ilham seraya berdiri dan membayar minuman untuk teman-temannya.

"Ups, ya ada yang terlupakan nih..."bisik Pinto kepada teman-temannya.

"Kenapa?" jawab yang lain.

"Lusa si Diana kan mau menikah dengan seorang tentara, bukankah dahulu si Ilham pacarnya Diana?" bisik Pinto seraya menatap Ilham yang berlalu.

"Astagfirullah hal'adzim...! Kasian sekali Ilham yah..!" teman-temannya menggeleng-gelengkan kepala.

Diruangan tamu yang megah, Pak Ilyas, Bu Sartika, dan Diana duduk dengan wajah sendu. Sementara Ilham duduk dihadapan mereka dengan wajah tenang.

"Nak Ilham, kami sangat bersyukur kamu telah selamat...! Bahkan papa sangat takjub dengan perjuanganmu menyelamatkan diri di pulau itu.."Ujar Pak Ilyas sambil tersenyum lembut.

"Iya Pak, Allah maha kuasa atas segalanya. Kini saya sudah kembali pak, dan saya ingin berbicara dengan Diana, bolehkah pak?" jawab Ilham seraya menatap Diana yang menunduk.

"Hm, sebenarnya Papa mengerti perasaan kalian nak, namun kau telah pergi sekian lama dan tiada berita. Kami menyangka kau telah tiada, jadi untuk menghilangkan kesedihan Diana, kami menerima lamaran Joni seorang anggota TNI. Maafkan kami nak..!"Ujar Pak Ilyas dengan menyesal.

Bagikan disambar petir, Ilham menatap sayu kearah Keluarga itu. Pikirannya kosong. "Jadi...? Diana akan menikah pak..?"tanya Ilham gemetar.

"Benar nak..! mulai saat ini, kami harap kau tidak mengganggu Diana lagi..!"Jawab Pak Ilyas dengan wajah sedih.

"Tapi pak... aku sudah memiliki rezeki yang cukup untuk hidup bersama Diana. Tolong pak, beri kesempatan aku sekali ini saja..!" Ilham terduduk bersimpuh dan matanya memerah.

Tiba-tiba seorang anggota TNI masuk dengan wajah yang berwibawa dan ganteng. "Hei bung, Diana sudah akan menjadi calon isteriku, tolong kamu berkaca! Lagi pula, dengan penampilan yang kayak pengemis ini apakah kamu sadar cukup cocok untuk seorang Diana yang Manajer sebuah perusahaan, berpendidikan tinggi, dan sangat cantik ini? Ngaca donk..!" bentak Joni yang dibakar api cemburu.

"Diana... katakan bahwa kau masih mengharapkanku... tolong Diana, aku sudah berjanji paling lama tiga atau lima tahun aku akan melamarmu..!" Ilham masih memohon.

"Bang Ilham..! sudahlah, aku sudah terlanjur menganggapmu mati, tahukah kamu selama lima tahun ini banyak hal yang aku lakukan agar bisa melupakanmu? Kini kau kembali disaat aku akan menikah? Jangan kau hancurkan harapanku lagi bang. Pergilah, aku sudah tidak mengharapkanmu lagi..!" jawab Diana seraya berdiri dengan tubuh gemetar, sementara Joni menghampirinya dan memeluknya agar tidak terjatuh.

"Maafkan aku Diana... aku masih sangat mengharapkanmu..!" Ujar Ilham seraya berdiri.

"Sudahlah Ilham, jangan keras kepala. Aku sangat menyayangi putriku, aku tidak ingin ia hidup dalam kesengsaraan bersamamu. Sebenarnya dari dahulu aku tidak sudi merestui hubungan kalian, namun demi kebahagiaan putriku, aku rela berbaik hati didepanmu..!"Sahut Ibu Diana dengan gusar. "Pergilah..!!" bentaknya.

Disaat Ilham menunduk dan kehilangan kata-kata, seorang tamu yang diantar anak buah Pak Ilyas masuk. "Mr. Cavinto Alexsandra... datang mengunjungi pak Ilyas..!" Ujar anak buah Pak Ilyas.

Mereka semua menoleh, tampak seorang turis relasi Pak Ilyas dari PT. Son Denmark datang dengan wajah yang bahagia.

"Welcome Mr. Cavinto...!" pak Ilyas memeluknya dengan bahagia.

"Wah, orang yang mau menerima mantu tentu lebih bahagia..!" Ujar Pak Cavinto tersenyum.

"Cepat bawa Ilham keluar!"Perintah Bu Sartika kepada anak buahnya seraya menatap Ilham dengan mata melotot. Ilham akhirnya pergi bersama anak buah Pak Ilyas tadi.

"Stop...! Tunggu sebentar..!" tiba-tiba Mr. Cavinto wajahnya pucat, dan berlari menghampiri Ilham yang sudah sampai di pintu keluar.

Mr. Cavinto tergopoh-gopoh menghampiri Ilham, kemudian dengan wajah ketakutan dia menundukkan kepala hormat "Tuan Muda..!!! maaf aku tidak melihatmu tadi, maafkan aku..!" Mr. Cavinto berbicara sungguh-sungguh.

"Tuan Muda..???" semua mulut tercengang.

"Apa kau mengenaliku?" sahut Ilham.

"Iya, maafkan aku Tuan Muda..!" jawab Mr. Cavinto.

"Baiklah, anggap kau tak melihatku, dan jaga omonganmu..!" kemudian Ilham keluar dengan wajah gontai bersama pengawal.

"Ini...???" Mr. Cavinto akhirnya mengerti dengan maksud Ilham.

"Tuan Muda siapa?"Mr. cavinto tersentak saat Pak Ilyas menghampirinya diikuti Bu Sartika, Diana, dan Joni.

"Tuan Muda merupakan salah seorang yang tak boleh kau singgung..! cukup, aku tak bisa menjelaskan statusnya kepada kalian, ayo masuk..! mudah-mudahan kalian tidak menyinggungnya..!" Ujar Mr. cavinto berlalu. Orang-orang bergeming, siapa sebenarnya Ilham? Sang Tuan Muda yang tak boleh disinggung?.

Pernikahan Diana berjalan dengan khidmat, ratusan tamu undangan memenuhi aula hotel Grand Kerinci Hotel. Para pengawal penuh siaga menjaga keamanan dan ketertiban. Setelah acara Ijab dan Qabul, maka hadirin melaksanakan pesta yang meriah. Para tamu undangan hampir semuanya hadir, namun sebuah kursi kelas VIP didepan kosong tiada orangnya.

Ilham dengan pakaian sederhana turun dari sepeda motornya di tempat parkir Hotel Grand Kerinci, setelah membuka helmnya ia langsung menuju pintu masuk, sementara orang-orang  tamu biasa banyak berkumpul diluar dibawah tenda-tenda yang sudah disiapkan. Mereka hanya bisa menonton acara lewat layar infokus yang sudah terpasang.

"Maaf Tuan...! Boleh perlihatkan undanganmu?" tanya pengawal saat Ilham mau masuk di pintu lobi hotel.

"Undangan..?" Ilham terkejut. "Saya tidak punya undangan!" ujarnya. Orang-orang menatapnya dengan pandangan sarkisme.

"Maaf, jika tuan tidak punya undangan silahkan duduk didepan sana..!" jawab pengawal dengan mencibir.

"Baiklah..!" Ilham berlalu kearah meja paling ujung, ditetawai oleh tamu lain yang geleng-geleng kepala.

Acara terakhir dari pernikahan itu ialah penanda tanganan kontrak kerja antara PT. Cassiavera dengan PT. Aigle des montagnes dari Perancis. Namun Tuan Muda Perancis belum tampak hadir.

Erick sangat gelisah, kenapa Ilham belum muncul? Orang-orang mulai berbisik bergosip. Wajah Pak Ilyas memerah, padahal kontrak kerjasama ini merupakan hadiah pernikahan untuk Diana yang mengelola salah satu bisnisnya.

"Hallo, Tuan Muda dimana?" tanya Erick saat telponnya tersambung ke nomor Ilham.

"Maaf erick, kamu tidak memberikan undangannya padaku, aku diusir oleh pengawal tadi, saat ini aku sedang kepanasan di sudut paling luar tenda hotel ini" sahut Ilham sedih.

"Sialan...! Para pengawal itu akan aku bunuh!" teriak Erick seraya menatap Pak Ilyas marah.

"Mr. Ilyas, berani sekali anak buahmu mengusir Tuan Muda kami? Undangannya tertinggal di Perancis, Tuan Muda kami diusir oleh pengawalmu..!" bentak Erick kepada Pak Ilyas.

"Apa...??? Tuan Muda dari Perancis diusir...? Panggil penjaga pintu..!!" teriak Pak Ilyas terkejut.

Seorang pengawal pintu masuk berlari kearah Pak Ilyas setelah dipanggil.

"Kenapa kau mengusir Tuan Muda dari Perancis...?"Bentak Pak Ilyas.

"Maaf pak, Tuan Muda Perancis...?" tampaknya tidak ada orang barat yang datang selain yang telah dahulu hadir..!" jawab Sang Pengawal.

Pak Ilyas bingung dan memandang Erick "Maaf Tuan, tidak ada orang Eropa/barat yang datang dan diusir pengawal saya..!" Ujar pak Ilyas dengan tubuh merunduk.

"Kau kira Tuan Muda kami orang Perancis? Atau orang bule? Mampus kalian..!" jawab Erick.

"hah??? Lalu siapakah Tuan Muda itu?" semua mata terperangah.

"Aku akan menjemputnya sendiri!" lalu Erick keluar, diikuti anak buahnya dari Perancis keluar.

Semua orang berdebar-debar menatap pintu masuk. Setelah sepuluh menit tampak para orang Perancis berbaris dibelakang seorang pemuda berpakaian biasa. "Hah..???" semua orang terkejut saat rombongan itu hadir. "Ilham...???" semua mata menatapnya linglung.

"Cepat keluarkan kontraknya, saya tidak punya waktu banyak..!" perintah Ilham tanpa duduk. Wajahnya lurus, serius, dan menatap Pak Ilyas yang gemetar.

"Bagaimana mungkin??? Tuan Muda Perancis itu Ilham Kurniawan?" semua orang masih tidak percaya. Lalu Erick mengeluarkan kontraknya, ditanda tangani oleh Diana selaku CO. PT. cassiavera dengan pakaian pengantin putih dan tubuh yang gemetar. Lalu sebelum ditanda tangani, Ilham mengambil microfon.

"Hadirin sekalian, saya selaku Tuan Muda PT. Aigle des montagnes dari Perancis, dengan ini mengucapkan selamat berbahagia kepada Nona Diana yang baru saja sudah menjadi Nyonya Joni. Kontrak ini merupakan perjanjian kerjasama antara Perancis dan Indonesia. Semoga dapat berjalan lancar..!" lalu Ilham menandatangani kontrak tersebut dan langsung pergi bersama Erick dan anak buahnya.

Semua mata nanar...! Pak Ilyas, Bu Sartika, dan Joni, bungkam seribu bahasa. Jadi inikah maksud dari ucapan Mr. Cavinto kemarin? Seseorang yang tak bisa disinggung?

 

 

BAB XIII

NASIB NAAS DI BETUNG PALEMBANG

Dengan berat hati Erick dan pasukannya kembali ke Perancis, atas perintah Ilham. Ilham menitipkan semua aset perusahaannya kepada Erick untuk dikelola dan dikembangkan sebagaimana mestinya. Erick menangis, karena selama mengikuti Ilham dua tahun ini dia sangat menghormati dan melayani Ilham dengan tulus. Dia berjanji untuk terus mengembangkan perusahaan mereka.

Disuatu malam jum'at yang dingin, dini hari, Ilham membuka tas ranselnya, dan membuka sebuah tas kulit kayu yang ia balut dengan plastik hitam. Tas kulit kayu itu merupakan tas karyanya ketika di pulau Sinaka dahulu.

Dengan hati-hati ia mengeluarkan barang kalung dan emas permata yang ia temukan dahulu. Ia akan menjualnya besok untuk membantu ayah ibunya yang sudah tua renta ini.

Setelah mengurus segala sesuatu kebutuhan ayah ibunya, Ilham berangkat ke Jakarta untuk mencari pengalaman hidup lagi. Tujuannya ialah sahabat lamanya yang merantau kesana dari kampung, yaitu Dedi Sendral yang telah sukses membuka usaha perdagangan hasil hutan Kerinci di Jakarta.

Seorang pemuda yang sederhana, berpakaian jacket lusuh, celana lusuh, sepatu santai lusuh dan sebuah tas lusuh dipundaknya menaiki Mini Bus Avanza berangkat ke Jakarta. Dia duduk dibangku belakang sopir, sementara dibangku sebelahnya duduk seorang cewek berjilbab kuning dengan kaca mata minusnya. Dan disampingnya juga seorang cewek berjilbab cokelat. Tampaknya mereka juga mau berangkat ke Jakarta.

"Hm, maaf Bang, tolong jangan dekat-dekat yah, kita kan bukan muhrim..!" ucap cewek kacamata minus tadi seraya meletakkan tas kecilnya antara tempat duduknya dengan Ilham.

"Oh, ya... maaf ya Mbak, saya tahu batasan saya..!" sahut Ilham tersenyum.

"OK, terima kasih Bang. Abang namanya siapa?" senyum cewek minus tadi.

"Nama Saya Ilham Mbak. Mbak sendiri namanya siapa?" jawab Ilham kembali.

"Kalo saya, Nina. Dan sahabat saya ini Karmila..!" cewek yang disampingnya juga tersenyum.

"Emang Mbak berdua ini mau kemana?" tanya Ilham disaat mobil sudah mulai bergerak meninggalkan kabupaten Kerinci.

"Kami kuliah di UI Bang, emang Abang mo kemana sih?" balas Nina seraya menatap Ilham.

"Saya mau mencari kerja ke Jakarta Mbak, sulit sekali hidup dikampung. Ngomong-ngomong kok gak naik pesawat sih Mbak?" jawab Ilham seraya bertanya.

"Oh, mau cari kerja. Kalo naik pesawat mahal Bang, lagipula sekarang lewat Palembang Jalan Tol sudah bagus dan waktu juga tidak makan banyak..!" Jawab Nina seraya mengeluarkan gawainya.

Mereka terus bercerita dan tanpa disadari mobil sudah sampai di Muara Bulian. Mobil berhenti di rumah makan Soto Jakarta, semua penumpang turun untuk makan dan sholat.

Ilham langsung menuju kamar mandi untuk buang air dan berwhuduk. Lalu setelah shalat ia menuju Soto Jakarta untuk makan dimana orang-orang yang dari mobil lain juga berdesakkan untuk makan.

Tiba-tiba gawai Ilham berdering. Sebuah panggilan masuk terdengar, Ilham mengangkatnya. "Hallo my sweet girl..!" Ujar Ilham tersenyum. Sudah beberapa lama Caroline Steaven tidak pernah menghubunginya. Tumben..!

"Sweet Girl? Hai bocah, lo dimana sih? Kapan pulang ke Perancis..?"Caroline mengubah mode panggilannya dari panggilan suara ke panggilan vidio. Tampak Ilham sedang makan disebuah rumah makan dan Caroline sedang dikamar Rumah sakit.

"Mungkin... bulan depan. Kamu kerja dimana sekarang Honey?" tanya Ilham seraya menatap caroline yang sangat cantik.

"Honey...Honey... gue ini adek lo dodol..!" rungut Caroline dengan wajah memerah. "Gue kerja di European Hospital Georges Pompidou hanya mau cari pengalaman, hehehe..!" tawa Caroline seraya menjulurkan lidahnya.

"Adek manis, jangan nakal ya? Nanti abang pulang ke Perancis, kita nikah yah!" goda Ilham seraya tertawa.

"Iiih... siapa yang mau nikah sama lo dodol!" Caroline melotot kearah Ilham.

"Iya, kita... tapi Abang sekarang mau ke Jakarta dulu, mau nyari kerjaan..!" jawab Ilham tertawa renyah.

"Gombal...! Duit loe udah lebih lima puluh karung, emang masih mau jadi gembel? Kapan abang ngajak Caroline ke Indonesia?" Caroline memasang tampang sedih.

"Sabar ya..! tunggu waktu yang tepat nanti. Udah dulu ya Honey, kirim salam buat papa dan mama..! Bon aprs-midi et bonne chance au travail" Ilham menutup saluran telponnya, dan menghabiskan makanannya.

Dibelakang Ilham, rupanya Nina dan Karmila duduk seraya memperhatikan Ilham melakukan panggilan vidio tadi. "Hm, rupanya dia seorang Sultan...!" bisik Karmila kepada Nina. "Iya, penampilannya kayak orang biasa gitu, tapi siapa sangka latar belakangnya..!" mereka asyik ngerumpi berdua.

Mobil minibus melaju meninggalkan kota Jambi, dan memasuki Provinsi Sumatera Selatan Palembang.

Disalah satu kamar Presidentil Suite Best Western Plus Htel d'Angleterre di salah satu provinsi perancis yaitu Kota Bourges, seorang pemuda kurus bermata biru dan berambut pirang menelpon anak buahnya "Jonathan, bagaimana? Apa sudah ketemu?" tanyanya.

"Siap tuan Antione..! Putra angkat Mr. Steaven terlihat didalam minibus menuju kota palembang..!" jawab Jonathan anak buah Antione.

"Good...! Kamu bawa anggota kita, cegat dia sebelum masuk kota Palembang, dan mutilasi tubuhnya..!" Antione tersenyum menyeringai.

"Siap Tuan, penembak jitu kita sudah berada di titik penyergapan yang sudah ditentukan..!" balas Jonathan.

"Bagus..! Kerjakan sesuai rencana..!" Antione menutup telpon, dan memanggil kaki tangannya. "Setelah Ilham dibunuh, kamu siapkan situs web kita untuk menyebarkan beritanya, dan kirim ke pada Tuan Steaven dan Caroline. Dia harus menjadi milikku..!" perintah Antione kepada kaki tangannya yang bertubuh gendut dan merupakan ketua Kelompok garis Keras Bourges bernama Bruce.

"Siap Tuan... semuanya sudah diatur sesuai rencana!" bisik Bruce menyeringai. Mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

Minibus yang ditumpangi Ilham melaju, sekitar pukul 3.00 WIB dini hari, di Taman Kota Betung Sumatera Selatan, minibus mengalami kebocoran. Ban depan minibus bocor oleh sesuatu, mobilpun oleng dan menabrak dinding taman pembatas. Semua orang terkejut dan turun dari mobil.

Seraya menunggu sopir mengeluarkan dongkrak, Ilham duduk disalah satu bangku taman, sementara Nina dan Karmila duduk bersama penumpang perempuan lainnya didekat minibus.

Dalam kegelapan malam, terdengar suara letusan "Door...!" Nina dan Karmila terkejut ketakutan, tiba-tiba sebuah mobil Fortuner berhenti didepan minibus mereka, lima orang berpakaian hitam berlari menuju sebuah bangku, dimana disana sebuah tubuh tergeletak bersimbah darah. Kemudian lima orang berpakaian serba hitam itu mengangkat tubuh itu dan membawanya keatas mobil Fortuner dan menghilang dalam kegelapan.

Beberapa polisi muncul bersama mobil patroli mendeteksi TKP, namun mobil tersebut sudah kabur. "Siapa yang ditembak tadi?" tanya seorang Polisi kepada Nina dan kawan-kawannya.

"Dia adalah Ilham pak, teman penumpang kami..!" jawab Nina pucat.

"Apakah ada tanda pengenalnya atau tas yang ditinggalkan?" tanya Polisi tadi.

"Sebentar pak..!" Karmila berjalan kearah mobil dan ternyata tas kecil Ilham masih ada disana. Dalam tas itu ada dompet, handphone dan beberapa lembar uang seratus ribu rupiah.

"Baiklah, kalian semua ke Kantor Polisi Betung, untuk dimintai keterangan, dan barang-barang korban kami tahan dulu sebagai bukti..!" ujar komandan polisi tersebut.

Dari cctv taman, polisi melihat mobil Fortuner hitam dengan nomor pelat kosong. Polisi masih mendalami kasus ini, sementara itu Nina dan Karmila yang melanjutkan perjalanan begitu sedih, takut, dan perasaan tak menentu. Dari handphone yang tinggal milik Ilham, terjadi keanehan. Ketika sandi untuk membuka layar gawai tersebut salah selama lima kali, maka seluruh handphone menjadi reset sendiri, aplikasi yang ada didalamnya kosong melompong, bahkan teknisi heandphone pun kewalahan dan putus asa, sehingga nomor kontak didalamnya tak satupun tersimpan. Bahkan nomor ponsel tersebut langsung memblokir dirinya sendiri.

BAB XIV

CAROLINE KE INDONESIA

Handphone Ilham sudah tak bisa dihubungi. Semua yang mencoba meneleponnya kecewa. Baik keluarga di Kerinci, maupun di Perancis. Caroline membanting handphonenya "Siapa yang sudah mencelakai Ilham?" bathinnya. Karena ia yang memprogram gawai Ilham sewaktu berada di Perancis.  Jika sesuatu terjadi, maka handphone tersebut akan membunuh dirinya sendiri, alias memblokir panggilan masuk dan panggilan keluar sendiri.

Gawai Caroline berdering, panggilan dari Erick. Caroline terkejut dan segera mengambilnya. "Bonjour Mademoiselle, quelque chose est arriv au jeune matre Ilham (Halo nona, gawat... sesuatu telah terjadi terhadap Tuan Muda Ilham!" ujar suara Erick dari seberang setelah handphone diangkat.

"Baik, Erick siapkan pesawat, kita harus terbang ke Indonesia malam ini juga..!" ujar Caroline.

"Siap Nona!" Erick mengumpulkan anak buahnya dan bersiap mengatur penerbangan mereka dengan pesawat pribadi malam ini.

Caroline sudah bersiap keluar rumah ketika ayahnya memanggil "Caroline? Kamu mau kemana nak?" tanya Mr. Steaven memandang putrinya.

"Papa, sesuatu telah terjadi dengan Ilham! Aku mau ke Indonesia bersama Erick malam ini juga!" jawab caroline cemas.

"Oh? Kenapa kamu harus pergi? Bukankah semuanya sudah diatur oleh Erick? Biarkan mereka yang pergi!" jawab ayahnya heran melihat wajah Caroline yang pucat.

"Tidak ayah! Aku harus menemui Ilham..!" mata Caroline berkaca-kaca menatap ayahnya.

"Pourquoi est-ce si enfant ?" Jangan katakan bahwa kau mencintai kakakmu sendiri?" Ibunya Caroline Blair Alexander heran dan cemas.

"Mama..! Ilham bukan saudara kandungku... aku benar-benar menyayanginya..!" Caroline tidak membantah ibunya. Semua orang tercengang.

"Tenangkan dirimu nak! Malam ini, Antione akan berkunjung kerumah kita. Biarkan Erick berangkat dahulu, setelah dapat keterangan dari Erick, kita berangkat ke Indonesia!" tenang ayahnya.

"Antione? Si playboy yang sering melecehkan kaum perempuan itu? Tidak ayah... tidak... aku tidak mau bertemu dengannya..!" teriak Caroline kesal.

"Caroline! Kau harus menemuinya!, katakan tidak mau jika kau tidak menyukainya, tapi jangan menghindar. Perusahaan Antione cukup besar, kita takut mereka akan berperang dengan kita!" ujar Ibunya menenangkan putrinya.

Sebuah mobil Rolls-Royce Boat Tail merupakan mobil termahal di dunia pada tahun ini. Mobil mewah buatan Inggris ini dihargai sekitar Rp 432 miliar atau setara dengan US$ 28 juta tampak berhenti di depan Villa keluarga Steaven. Diikuti mobil Mybeach dibelakangnya sekitar sepuluh mobil yang didalamnya berisi para bodyguard berbaju hitam turun membuat barisan.

Dari mobil Rolls-Royce Boat Tail keluar seorang pemuda bangsawan berpakaian rapi dengan stelan jas mahal dan sepatu kulit asli. Sipemuda berjalan memasuki Istana keluarga Steaven.

"Antione...! Bienvenue Matre... ayo mari.. mari kita duduk disini..!" Mr. steaven menyambut sang Pemuda bersama Ketua Kelompok garis Keras Bourse yang bernama Bruce.

"Mr. Steaven, anda begitu sungkan..! mari, ini ada minuman mahal yang sudah tersimpan ratusan tahun dari China, sengaja saya persembahkan untuk tuan..!" senyum Antione seraya menjentikkan jarinya. Seketika lima orang BodyGuard nya datang membawa minuman tersebut.

"Tuan Antione sangat murah hati... terima kasih tuan!" jawan Mr. Steaven hormat.

Mereka duduk berbicara ramah tamah seraya menikmati minuman keras yang dibawa Antione.

"Oh ya, saya kesini mau bertanya kepada Caroline Mr. Steaven. Apakah ia mau menerimaku? Jika mau aku akan datang lagi membawa lamaran yang akan mengguncang menara Eiffel..!" ujar Antione setelah cukup lama bersenda gurau dengan keluarga tersebut.

"Je veux pas..!" jawab Caroline seraya menoleh kearah lain. Antione berwajah merah padam, tetapi dipendamnya.

"Dsol M. Antione, nous en reparlerons une autre fois. (maaf Tuan Antione, kita bicarakan saja dilain kesempatan)" ujar Mr. steaven sambil tersenyum.

"Baiklah Mr. Steaven. Saya tunggu jawaban tuan lima hari lagi, jika lima hari ini tidak ada jawaban, maka jalur bisnis kupu-kupu itu akan tertututp..!" Antione tersenyum kecut seraya izin pamit. Wajah Mr. steaven pucat. Maksud dari jalur bisnis kupu-kupu adalah simbol untuk bahan baku bisnis mereka akan dihentikan oleh Antione.

Erick sudah turun dikegelapan malam Bandara Depati Parbo Hiang Kerinci. Sebuah mobil Pajero Sport hitam datang menjemputnya, di temani oleh dua puluh orang petarung dan penembak jitu.

Mobil Pajero Sport dan lima mobil Kijang Innova hitam melaju menuju Siulak Gedang dan berhenti didepan rumah keluarga Ilham. Dari cerita orangtua Ilham, Erick tahu bahwa Ilham berangkat ke Jakarta menggunakan mobil travel minibus Avanza. Erick gusar, padahal ia sudah mewanti-wanti agar Ilham mengendarai mobil mewah dan dijaga oleh pengawal, namun dasar bandel!.

Erick pamit kepada orangtua Ilham dan menyerahkan oleh-oleh dari Perancis, ia lalu berangkat menuju agen travel yang membawa Ilham. Setelah bernegosasi, sopir travel yang membawa Ilham via telpon menceritakan kasus tersebut kepada bosnya. Dan bosnya langsung mengajak Erick dan pasukannya berjalan menuju Palembang mengikuti jalan yang dilalui Ilham beberapa hari lalu.

Lima hari setelah kehilangan kontak dengan Ilham, Caroline ditemani oleh lima orang body guardnya orang Indonesia turun didepan rumah Ilham. Ibu Ilham tercengang dengan kedatangan Caroline. Seorang gadis bermata biru, rambut panjang hitam bergelombang yang pirang, berbusana sopan pakaian mahal, datang kerumahnya.

"Permisi...! Apakah ini rumah Ilham?" tanya pengawal caroline yang orang Indonesia.

"Betul, anak dari mana ya?" tanya Ibu Ilham mempersilahkan mereka masuk. Caroline menyalami dan mencium tangan ibunda Ilham.

"Ini Nona Caroline, pacarnya Mas Ilham dari Perancis buk, mau ketemu Ilham..!"ujar salah seorang pengawal Caroline. Ibu Ilham tercengang "pacar???".

"Je suis dsol, madame, je suis son frre adoptif Ilham de France. Je m'appelle Caroline" Jawab Caroline seraya menatap penerjemahnya.

"Maaf bu, wanita ini adik angkatnya Ilham dari Perancis. namanya Caroline" Ujar penerjemah tadi. Ibu ilham tercengang.

"Oh... cantiknya... mari-mari..!" Ibu Ilham akhirnya mengerti dan bercerita panjang lebar dengan Caroline dan dibantu si penerjemah.

Caroline memutuskan untuk tinggal sementara bersama keluarga Ilham, sehingga isu berkembang ditengah masyarakat bahwa Caroline adalah calon mantunya Buk Riska dan Pak Ardi. Cerita ini bertebaran di media sosial dan tak luput dari perhatian Diana yang sudah menikah dengan tentara itu. Sudut hati Diana menjerit..! ia membandingkan dirinya dengan Caroline, keduanya imbang. Baik disegi kecantikan maupun disegi penampilan. Namun yang membedakan, Diana sudah jadi milik orang, sedangkan Caroline masih lajang.

Hari-hari indah dilalui oleh Caroline di Indonesia. Ia ikut ke sawah milik orangtua Ilham, melihat orang menanam padi, burung-burung disawah, dan suara pengajian, azan, dan orang sembahyang dari masjid membuat hatinya tenteram. Dan ia mulai belajar bahasa Kerinci dialek Siulak dari keluarga Ilham.

Hatinya sudah terpikat oleh segepal tanah dari surga ini, yaitu Bumi Sakti Alam Kerinci nan tenteram dan damai. Namun kecemburuan dari jauh telah lahir. Kecemburuan dari seorang pengantin baru, Diana Martilova tersulut begitu melihat dari jauh kemesraan keluarga Ilham dengan Caroline.

Caroline diajak ke tempat wisata oleh kawan-kawan gadis dari desa Ilham. Rasa cinta terhadap tanah Indonesia mengalir dihati caroline.

 

 

BAB XV

PT. AIGLE DES MONTAGNES PERUSAHAAN RAKSASA

NOMOR DUA DI DUNIA

Erick dan rombongannya tiba di Betung Sumatera selatan, dan mereka memeriksa semua CCTV dan menggali berita tentang tragedi yang menimpa Ilham.

Selama Dua Minggu di Betung, seluruh petunjuk ditemukan. Bahkan mobil Fortuner hitam misterius dan dua orang didalamnya berhasil diringkus di Polresta Pagar Alam, cukup jauh dari kota Palembang.

Tanpa membuang waktu, anggota polisi Betung membawa Erick dan pasukannya ke Polres Pagar Alam, yang memakan waktu lebih kurang 6 jam perjalanan dibantu mobil patwal.

Pengendara Fortuner yang tertangkap sudah babak belur, polisi menyerahkan penyelidikan kepada Erick CS. Setelah cukup lama menyiksa pengendara, diketahui bahwa dalang dibalik semua ini adalah Boss besar Perusahaan Perancis Antione yang memiliki kekayaan ratusan triliun Euro. Dia memimpin perusahaan Alexandria Group.

Erick cukup marah, dia sudah berjuang mengembangkan perusahaan PT. Aigle Des Montagnes dengan serius dan menyembunyikan kekuatan sebenarnya selama ini. Dengan marah, dia menelpon ajudannya di Perancis. "Hallo Mr. Erick? What can I do for you?" ujar si Ajudan.

"Dalam waktu 24 jam, kamu harus mengakuisisi perusahaan Alexandria Group. Keluarkan seluruh kemampuanmu, jadikan kita perusahaan terkaya dunia dalam lima besar..!" ujar Erick dengan geram.

Keadaan ekonomi tiba-tiba berubah drastis. Mr. steaven yang awalnya begitu takut dibawah ancaman Antione tiba-tiba berseri-seri wajahnya. "Perusahaan anakku Ilham sudah mengakuisisi perusahaan Antione? Ini prestasi yang luar biasa..!!!" pekik Mr. Steaven. Isterinyapun ternganga.

Akhirnya, dalam dua puluh empat jam, perjalanan bisnis perusahaan PT. Aigel Des Motagnes melaju pesat. Saham-saham yang menghalangi langsung terakuisisi sehingga PT. Aigel menduduki peringkat 5 Besar perusahaan terkaya di dunia. Hal ini mengubah perekonomian global, sehingga Antionepun ternganga dan prustasi.

Erick menghisap rokoknya. Matanya menerawang jauh kedepan, "Tuan Muda... kami akan menjaga perusahaanmu, dimanapun engkau berada, kami mendoakan keselamatanmu..!" Erick bergumam didalam hatinya, manakala ia tahu dua orang tawanan mobil fortuner sudah tidak berbohong lagi. Mereka diserahkan kepada polres Pagar Alam untuk ditawan, andai mereka berada di Perancis, dua orang itu sudah mereka bunuh.

Keterangan dua tawanan itu, Ilham tidak sadarkan diri setelah di tembak, dan mereka memindahkannya di dekat Air Terjun Teladas Barun Jalan raya Manna Pagar Alam. Selanjutnya, sebuah mobil Box melaju menuju Tanjung Sakti Pumi, Pajar Bulan, Lahat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

Dengan bantuan polisi Sumatera selatan sopir mobil Box sudah ditangkap dan di tahan di Polres Lahat. Erick dan kawan-kawannya melaju menuju Lahat dan melakukan investigasi yang sama terhadap sopir Box. Sopir Box separoh mati disiksa anak buah erick, dan mereka ketahui bahwa sesampainya di Tanjung sakti, Ilham dipindahkan kesebuah minibus Suzuki APV dan diangkut ke Kota Bengkulu di sebuah Gudang tua dekat Pantai Muarao Jenggalu. Untuk spesipiknya, ia telah memberi sebuah lokasi kepada Erick. Tanpa menunggu lama, Erick memerintahkan anak buahnya yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia.

Di kota Bengkulu, anak buah PT. Aigle De Motagnes bernama "Elang Mangrove Bersaudara" yang dipimpin mafia kelas atas Sukarno Judin.

Dalam waktu lebih kurang 2 jam, gudang tua tersebut telah rata oleh pasukan Elang Mangrove Bersaudara, dan banyak preman-preman didalamnya terbunuh. Namun Ilham tidak diketemukan, kedatangan Erick terlambat. Ia turun dari Helikopter di Pantai Muaro Jenggalu, dengan mata nanar menatap ketengah samudera. Air matanya turun, karena menurut informasi terakhir, tubuh Ilham yang terluka dibuang ketengah laut untuk makanan ikan hiu.

Erick menatap handphonenya, hatinya berkecamuk antara sedih dan gelisah. Signal GPS yang ia tanam diam-diam ditubuh Ilham memberi signal kuning dan melemah. Itu pertanda masih ada harapan walaupun sedikit.

"Ayo... kita kembali ke Perancis, nanti kita kerahkan seluruh kekuatan dunia untuk melacak keberadaan Tuan Muda. Untuk sementara, sembunyikan berita ini, jangan sampai musuh tahu bahwa Tuan Muda menghilang..!" ujar Erick seraya berjalan menuju heli.

Disebuah Villa mewah Perancis, Antione terlihat duduk lesu. Rambutnya acak-acakan, tubuhnya kotor tersiram minuman keras. Hatinya hancur sehancur-hancurnya, ia muntah begitu banyak mengotori tubuhnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya ditendang dengan keras hingga terbang didepannya, "Duarkh...!" Antione terkejut. "Siapa... itu...!" teriaknya. Sekitar sepuluh orang berbaju hitam maju dan menendangnya hingga terjerambab.

"Kamu mau bermain api..? sini biar aku ajarkan..!" tampak seorang brewok berwajah tegas dengan tubuh yang kuat dan tegap. Ia adalah Panglima Pulau L'le-d'Yeu, salah satu pulau kecil di Perancis.

"Licton...! Berani kau menindasku..?" seru Antione kesakitan.

"Kau telah menginjak kekuatan besar Boss ku... kau akan merasakan penyiksaan yang lebih kejam nanti... bungkus dia..!!" teriak Lictton kepada anak buahnya.

"Siapa Bossmu yang telah aku singgung..?" teriak Antione.

"Tuan Muda Ilham... kekuatan kedunia di dunia ini..!"

Licton berlalu membawa tubuh Antione menuju pulaunya di L'le-d'Yeu bersama pasukannya. Dan semenjak itu, perusahaan dibawah pimpinan Antione semuanya tergabung kedalam group PT. Aigle De Montagnes. Semua orang terkejut, namun sudah menjadi rahasia alam, bahwa kekuatan besar akan menenggelamkan kekuatan kecil, apalagi dalam dunia bisnis.

Satu minggu menghilangnya Tuan Muda Ilham Kurniawan, Erick mengumpulkan seluruh kepala cabang PT. Aigle De Montagnes dari seluruh negara. Hadir dari Mexico, Finlandia, India, USA, Eropa, Australia, Kanada, Timur Tengah, dan Afrika.

Semua kepala cabang siap mengerahkan kekuatan untuk mencari Ilham Kurniawan, Sang CEO yang belum pernah mereka temui. Namun berdasarkan foto, semua kepala cabang telah mengenalinya.

Bahkan tamu istimewa, keluarga terkaya nomor satu dunia hadir, yaitu Mr. Cowner Barbar yang memiliki perusahaan jaya bernama The Wild Lion, dan siap membantu Erick.

 

 

BAB XVI

COCOS ISLAND

Disamudera Hindia antara kepulauan Indonesia dan Australia, ada sebuah pulau kecil nan cantik jelita dengan pemandangan alam dan lautannya yang asri. Namanya Cocos island. Sebenarnya pulau Cocos ini lebih dekat ke Indonesia, namun pulau ini adalah milik Pemerintah Australia.

Pulau yang banyak menghasilkan buah kelapa ini hanya dua yang berpenghuni. Yaitu Home Island yang dihuni oleh warga keturunan melayu-jawa, dan West Island yang dihuni oleh penduduk asli Australia.

Mata uang yang berlaku disini adalah dolar australia. Penduduk Home Island mayoritas beragama Islam, dan penduduk West Island beragama Kristen.

Selain dari dua pulau yang berpenghuni, pulau-pulau lainnya merupakan kebun kelapa dan tanaman lainnya.

Ditepi pantai Direction Island Cocos Keeling, tubuh Ilham digulung ombak. Yang menandakan ia masih hidup ialah nafasnya masih terasa.

Sebuah perahu nelayan, milik orang melayu jawa menghampirinya. Ia memeriksa dan membawa ilham pulang kerumahnya. Dengan bantuan para tetangga, Ilham dilarikan kerumah sakit di pulau Cocos yaitu West Island Clinic.

Setelah menjalani operasi pembuangan peluru, Ilham dirawat dengan baik dan dijaga oleh Pak Manan seorang nelayan yang menemukannya. Beruntung, pemerintah tidak mempermasalahkannya, dan percaya bahwa Ilham adalah kerabat Pak Manan.

"Ayo Ilham, bantu Bapak menaikkan kelapa disampan kita..!" ujar Pak Manan setelah enam bulan Ilham dirawat dirumah Pak Manan, dan tubuhnya sudah sembuh total.

"Ayo ayah..!" Ilham berjalan menuju perahu pak Manan.

"Hati-hati dilautan anak bujangku..!" teriak Bu Syarifah isteri Pak Manan tersenyum.

"Baik Mak..!" teriak Ilham.

Mereka seharian mengumpulkan buah kelapa dan mengantarkannya ke gudang pengepul. Cocos Island merupakan surga buah kelapa ditengah samudera hindia yang luas itu.

Suatu malam dirumah Pak Manan, Ilham termenung. Ia teringat bagaimana ia sadar ketika kapal membawanya meninggalkan Bengkulu, ditengah lautan  kapal tersebut melaju kencang dan menabrak karang, hingga mereka semua terlempar ketengah samudera.

Ilham terombang ambing ditengah lautan putus asa, namun Tuhan berkehendak lain, didekatnya terdapat sebuah galon minyak kosong yang terapung, lalu ia meraihnya, berjuang hidup dan mati. Setelah ia mengikat tubuhnya kegalon tersebut, ia tidak sadarkan diri lagi.

"Ilham...! Kami memang tidak punya harta yang banyak nak! Tapi asalkan kau mau tinggal bersama kami, kami rela berbagi denganmu di pulau kecil ini..!" ujar Bu Syarifah setelah mereka makan malam.

"Terima kasih Mak! Jasa Umak dan ayah tidak akan saya lupa. Apakah Umak dan Ayah tidak mau pulang kampung?" jawab Ilham dengan menatap Pak Manan. Ia tahu dari cerita Pak Manan bahwa Bu Syarifah ingin sekali kembali ketanah kelahirannya di Pekan Baru. Mereka berdua adalah pendatang yang merantau ke Australia, namun terdampar di pulau Cocos yang juga penduduknya berasal dari Melayu dan Jawa.

"Mau gimana lagi Ilham, Ayah sudah ikhlas dalam umur begini belum memiliki harta untuk pulang kampung..!" lirih suara Pak Manan memandang ombak dari jendela.

"Ditambah lagi, adik-adikmu yang tiga orang itu..! mereka belum punya bekal yang layak untuk dibawa pulang kampung!" sahut Bu Syarifah.

"Andai kata saya punya uang dan bisa membantu Ayah dan Umak keluar dari Cocos Island, apakah Umak mau?" tanya Ilham serius.

"Halu kamu nak..! ha..ha.."Tawa Pak Manan seraya menggulung rokok kawungnya.

"Bisa ayah, saya adalah orang kaya di Perancis. Saya janji, besok Ayah, Umak dan adik-adik akan saya bawa keluar dari pulau ini..!" jawab Ilham seraya keluar rumah dan berjalan menuju kantor kampung.

"Apakah kamu percaya Bu?" bisik pak Manan kepada isterinya.

"Kita tidak tahu kehebatan seseorang Yah... tunggu saja besok!" sahut Bu Syarifah seraya memindahkan piring dan membersihkan meja makan.

Cocos Island merupakan salah satu destinasi wisata Australia yang menarik minat para turis untuk bersenang-senang. Pantainya yang indah dan lautnya yang menghamparkan sumber protein dengan beragam aneka ikan, serta pohon-pohon kelapa yang indah membuat pikiran tenteram.

Tujuh bulan telah berlalu. Diana telah pulang kembali ke Perancis, ayahnya Mr. Steaven menyambutnya dengan gembira. Ia emanggil Erick untuk menghadap.

"Erick, bagaimana perkembangannya? Apakah kamu menemukan tanda-tanda keberadaan Tuan Muda?" tanya Mr. steaven menatap erick.

"Belum Tuan. Tapi saya yakin, saat ini Tuan Muda aman dan dalam keadaan sehat wal-afiat.!" Jawab ereick tersenyum.

"Kenapa kamu begitu yakin?"jawab Mr. Steaven heran.

"GPS yang saya tanam di tubuh tuan muda memberi signal kehidupan. Namun signal keberadaannya sudah rusak, sehingga kita hanya tahu keadaan tubuhnya saja..!"Jawab Erick antusias.

"Goblok..! apakah kamu begitu yakin dengan alat itu? Mungkinkah alat itu rusak atau bagaimana?" sembur Ibu caroline.

"tapi..!!!" Erick tercenung. Bisa jadi alat itu rusak. Pikirannya galau dan dia pamit undur diri.

Dalam kamarnya, Erick menatap ponsel khusus yang hanya diketahui nomornya oleh Tuan Muda. Sudah tujuh bulan gawai tersebut tidak berdering. Ia melamun seraya menghisap rokoknya. Tiba-tiba gawai tersebut berdering. Ia tersedak dan rokoknya membakar bibirnya. Saking gembiranya ia berlari menggapai gawai tersebut dan sebuah nomor muncul disana. Nomor ini hanya diketahui oleh tuan muda. Dengan tangan gemetar ia menekan tombol jawab, dan dengan suara tercekat ia berbicara "Ha..hallo..." Erick gemetar menunggu jawaban.

"Erick??? Apakah kamu sakit?" tanya Ilham.

Erick ingin menjerit, ingin menangis, ia terdiam. Suara ini benar suara tuan muda.

"Hey... ayo jawab? Erick dimana kamu..?" tanya Ilham gusar.

"Tu..tu..tuan muda...? Apakah aku tidak bermimpi? Beralih kemode vidio Tuan... kami merindukanmu..!"teriak Erick saking bahagianya.

"Hei Boss... kau kira aku orang kaya hah? Ini saja handphone orang! Besok kau jeput aku di Cocos Island, aku tidak punya duit..!" jawab Ilham seraya terbengong.

"Cocos Island? Dimana itu Tuanku..? katakan sekarang juga aku berangkat..!" teriak Erick Bahagia.

"Cocos Island, kau cari di google. Salah satu pulau milik Australia..!" jawab Ilham seraya menutup gawainya.

"Siap tuanku..!" lalu Erick menelepon Kepala Cabang di Australia, ia mohon untuk menaga kepulauan Cocos, dan Erick akan terjun langsung menjemput yang Mulia Tuan Muda mereka.

Seluruh dunia gempar, namun hanya sebentar karena erick tidak ingin membuat ricuh sehingga membangunkan para musuh mereka. Erick terbang menggunakan pesawat pribadi menuju Australia dengan bantuan kepala cabang dari seluruh dunia.

Pernahkan anda merindukan seseorang? Begitulah yang terjadi. Erick sangat merindukan tuannya, Caroline merindukan "kakak"nya. Orangtua merindukan anaknya. Orang baik selalu dirindukan orang, namun sebaik-baiknya manusia masih ada orang yang membencinya. Itulah fenomena hidup didunia ini.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun