Seperti aku, sebenarnya para tetangga belum ada yang tahu Kasih dan Cinta akan pindah ke Aussi.
Pastilah mereka tidak bisa membawa barang-barang terlalu banyak. Aussi hanya mengijinkan mambawa barang-barang yang bisa diletakkan dalam masing-masing kamar-kamar mereka. Kebetulan mereka mengambil 2 kamar, satu untuk Kasih dan satu lagi untuk Cinta.
Mereka memberikan 1 set meja ping-pong yang bisa dilipat, beserta 4 pemukul dan satu kotak bola bola ping-pong yang masih baru. Semuanya diberikan kepada yayasan Vincentius.
Yayasan Vincentius merupakan rumah yatim piatu. Ada 2 rumah yatim piatu yang dikelola oleh yayasan Vincentius. Untuk putera di jalan Kramat, dan untuk puteri di jalan Otista, Jatinegara, Jakarta.
Mereka memberikan kepada rumah yatim piatu Vincentius yang untuk puteri. Beberapa puteri-puteri mengambil meja pingpong itu, dengan menyewa pick up.
Pohon Natal dengan segala pernak-perniknya. Patung Bunda Maria, ibunda Yesus. Patung Santo Yosef, bapak pemelihara Yesus. Juga Yesus, yang tidur di atas palungan mungil. Beberapa domba-domba putih. Patung-patung 3 raja. Lampu kelap-kelip dan aneka hiasan Natal. Semuanya diberikan kepada gereja Pasar Minggu. Ada teman yang memberitahu Cinta, bahwa gereja Pasar Minggu belum mempunyai pohon Natal.
Terakhir, barulah mereka menyewa truk. Dengan menggunakan tenaga tukang yang sudah mereka kenal, untuk mengangkut beberapa barang-barang yang akan digunakan di Aussi.
Tempat tidur, lemari baju, beberapa meja dan kursi. Mesin jahit, rak buku dan rak sepatu. Selain itu ada barang-barang kecil untuk keperluan sehari-hari, yang dikemas dalam beberapa dus.
Oma Kasih dan Oma Cinta memulai hidup di Aussi, siap untuk menjalani masa pensiun dengan hasil kerja yang dimiliki. Oma Kasih dan oma Cinta membayangkan, nantinya di Aussi tak akan terlalu banyak kesibukan. Mereka membayangkan mengisi hari-hari dengan doa—mandi—makan—rekreasi—nonton TV dan lain-lain yang sifatnya santai.
Tetapi ... tetapi ... betapa terkejut, ketika mengawali langkah memasuki Aussi. Salah satu Oma yang merupakan penghuni lama mengatakan, “Pacar saya jangan kamu ambil ya!”
Oma itu, aku sebut saja dengan oma “pacar”.