Aku cukup terkejut karena pikiranku masih belum stabil sepenuhnya. Lantas aku segera bangkit dari posisiku sebelumnya dan melangkah kepada Henry dengan membopong tas yang tadi sedang ku pangku. Aku hanya terdiam selama berjalan beriringan dengannya menuju area parkir samping ruko. Hingga ketika kami naik ke atas motor, Henry baru mengomentari sikapku itu.
"Mel, kok diem aja? Tumben ngga bawel?"
"Ngga apa-apa Mas, aku lagi lelah aja.."
"Hmm.. Semangat dong! Besok pagi lho kontesnya."
Aku tidak menjawab ucapan Henry. Tapi, aku rasa aku harus segera menyampaikan pada Henry tentang hal yang tadi dikatakan oleh Mba Lidya di telpon.
"Mas, hari ini Mba Lidya ngga dateng ke kedai. Tapi dia telpon aku.."
"Terus?"
"Dia bilang besok dia ngga bisa dateng ke acara kontes barista karena.........."
"Kenapa Mel? Karena kenapa?"
"Besok hari terakhirnya di Jakarta."
"Maksudnya terakhir gimana?"