Panitia pendaftaran mahasiswa baru jalur beasiswa juga telah mengirimkan form pendaftaran ulang untuk segera ku isi. Malam tadi juga aku langsung mengisi form itu dengan selengkap-lengkapnya di hadapan mama dan papa. Mereka mendampingiku duduk di sisi kiri dan kananku, sama-sama memandang ke arah laptop.
Keputusanku sudah bulat, hari ini aku akan menyampaikan surat pengunduran diriku pada Mba Lidya. Setelah menunggu kehadirannya sejak pagi, akhirnya aku bisa bertemu dengan Mba Lidya seusai pukul satu siang. Dengan membawa sebuah amplop putih panjang, aku menghampirinya ke lantai dua. Aku pun langsung mengetuk pintunya.
"Masuk..!"
"Permisi Mba.." aku memunculkan setengah tubuhku ke dalam ruangannya.
"Eh Amel, masuk.. Duduk dulu. Ada apa Mel?"
"Mba, maaf sebelumnya.. Ini...." seraya ku serahkan amplop putih panjang itu ke atas mejanya. Dia pun segera meraih dan membukanya. Aku melanjutkan kalimatku sebelumnya, "Surat pengunduran diri Saya."
Mba Lidya urung membuka lipatan kertas yang sebelumnya berada di dalam amplop putih itu.
"Kenapa mendadak Mel?" nada suaranya tidak tinggi, tapi tampaknya dia kecewa.
"Saya juga mendadak menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliah Saya."
"Maksud Saya kenapa tiba-tiba kamu bisa dapat beasiswa itu?"
"Awalnya Saya cuma iseng untuk isi formulir online beasiswa itu, Saya pikir umur Saya sudah mentok ngga bisa masuk kriteria, Saya juga ngga nyangka kalau ternyata mereka malah menghubungi Saya balik."