Mohon tunggu...
Novia Kusuma Dwiyanti
Novia Kusuma Dwiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student who will be success

LN later

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berjuang Kala Senja

17 November 2021   21:00 Diperbarui: 17 November 2021   21:08 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

12 bulan kemudian

            Selepasnya Opu Risadju dari penjara, tidak membuat semangat perjuangannya padam. Opu kembali aktif dalam PSII. Pada tanggal 1 Maret 1932, dia meresmikan PSII ranting Malili bersama suaminya. Setelah itu, mereka pergi menyusuri pantai timur Teluk Bone. Ketika sampai di distrik Patampanua, mereka ditangkap untuk dibawa kembali ke Palopo atas perintah kolonial Belanda. Oleh NICA, Opu Daeng Risadju dianggap sebagai orang yang berbahaya dan perlu diawasi.

            “Kau tidak ada mendengar perintah untuk menghentikan semua ini?” ucap salah seorang tentara NICA.

            “Aku tidak ada urusan dengan manusia kotor seperti kalian semua,” tegas Risadju.

            “Tangkap saja selama kalian puas, perjuanganku dan saudara-saudaraku tidak akan pernah berhenti hanya karena ancaman dan permainan kalian terhadap negeri kami,” lanjutnya.

            Tangguh. Begitulah segala tindakan dan langkah-langkah perjuangannya. Dari distrik Patampanua, Risadju bersama suaminya dibawa ke Palopo melalui jalan laut dengan pengawalan yang cukup ketat. Ketika dibawa, mereka diborgol karena dianggap membahayakan. Belanda seakan ketar-ketir melihat perjuangan Risadju yang menggerakkan sorak rakyat. Bergerak sedikit, ambil  pasukan, waspada, seperti dihalau bom besar yang akan meledak di depannya. Tindakan Belanda tersebut menimbulkan banyak protes termasuk dari kalangan keluarganya yang juga menjadi pejabat pemerintahan Kerajaan Luwu, yaitu Opu Balirante.

            “Yang Mulia, ini sudah terlalu melewati batas, biar bagaimanapun, Risadju tetaplah keluarga bangsawan, apa kalian sudah gila?” tanya Opu Balirante.

            “Balirante, siapa pun yang telah melanggar aturan dan melenceng dari sikapnya apalagi sebagai bangsawan, pantas mendapat hal itu,” ucap pihak kerajaan.

            Pemerintah kerajaan saat itu telah berganti, bukan lagi ayah Risadju yang menjadi raja. Sempat bingung untuk membantu melepas sang keponakan karena hal tersebut. Namun pada akhirnya karena Balirante sendiri merupakan tokoh penting dalam pemerintahan, dia memanfaatkan momen itu. Dia pergi mencari sang pemangku adat untuk protes dan mencari jalan keluar

            “Mano Opu?!” teriak Balirante sesampainya di istana.

            “Ada apa kau tiba-tiba datang dengan berteriak seperti itu?” tanya seorang penjaga istana.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun