Mohon tunggu...
Novia Kusuma Dwiyanti
Novia Kusuma Dwiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student who will be success

LN later

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berjuang Kala Senja

17 November 2021   21:00 Diperbarui: 17 November 2021   21:08 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            “Undangan?”

            Terkira tukang pos memberi sebuah surat yang berisi undangan kepada para pendiri PSII. Surat tersebut sampai pula di tangan Opu (meskipun gelarnya sudah dicabut, orang-orang lebih mengenal beliau dengan sebutan Opu ketimbang Indok). Isinya berupa undangan kegiatan kongres dari Jawa. Dia sangat gembira dengan hal tersebut. Ini membuka kesempatan yang sangat besar terhadap cita-citanya.

            “Kau akan pergi?” tanya Siti.

            “Aku harus pergi,”

            “Ongkos darimana?”

            “Kau bisa bantu aku jual pernak-pernik lepas di kerajaan? Pakaianku pun tak terlalu buruk untuk dijual, kursi dan meja lepas dulu, barang-barang yang kubeli bersama Daud pun tak akan kupakai, bantu jual saja,” pinta Risadju.

            “Kau memang…, baiklah,” terima Siti.

            Ada beberapa waktu tersisa sebelum hari keberangkatannya ke pulau Jawa. Hari-hari itu dihabiskan Risadju untuk mengumpulkan uang. Mengingat kondisi ekonomi dan organisasi yang terhitung baru, tak ada biaya yang terkumpul. Ia nekat menjual semua barang berharganya agar bisa menunjukkan diri di kongres itu. Mulai dari biaya makan di perjalanan, biaya transportasi, semua ia hitung pulang pergi. Padahal setidaknya dia tidak perlu khawatir soal itu, sebab latar belakangnya bisa menjadi batu loncatan untuk hal tersebut. Kembali lagi, Risadju bukan orang yang seperti itu, ia mencobanya, sekeras apapun ia akan mencobanya.

            Suatu hari ia pergi ke pasar, menawarkan barang-barang yang ia miliki kepada para pemilik toko. Ditemani sahabatnya Siti yang juga berniaga di sana, Risadju berhasil menarik perhatian para pedagang untuk membeli barang-barangnya. Bahkan mendapat harga yang tinggi. Di samping itu, Yahya, pedagang yang ia kenal saat bersama ayahnya dahulu juga membantunya. Tak disangka memang tekadnya wanita itu, hingga salah seorang pemilik toko rantauan ia incar.

            “Ko, aku punya kursi antik yang langka, kau pasti akan suka,” tawar Risadju.

            “Eyy, aku tak mau membeli kali ini, mengukir saja sudah susah pembeli,” ucap pemilik toko.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun