Mohon tunggu...
Novia Kusuma Dwiyanti
Novia Kusuma Dwiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student who will be success

LN later

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berjuang Kala Senja

17 November 2021   21:00 Diperbarui: 17 November 2021   21:08 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            “Koh, kursi itu punya lapisan perak di beberapa bagiannya, ukirannya khas pemilik kerajaan, kau akan tahu jika kau bersedia melihatnya dulu,” terus bersikeras.

            Akhirnya koko pemilik toko tersebut mau menerima sarannya untuk melihat dulu kursi itu. Di sore hari, rumah Risadju seperti akan pindahan. Barang-barang diangkut silih berganti, orang-orang mengangkut ke sana ke mari, ramai sekali. Bahkan koko yang ditawari tadi pun merasa puas karena kursi itu benar-benar antik nan megah. Padahal beliau tidak tahu kalau Risadju merupakan putri kerajaan. Harga kursi itu sangat tinggi hingga bisa menutupi biaya perjalanan untuk sekali pergi.

            Hingga beberapa hari kemudian, biaya keberangkatan telah terkumpul, transportasi pun sudah disiapkan. Risadju akan langsung berangkat bersama dengan Yahya. Kabar keberangkatannya ini pasti sampai di telinga kerajaan, namun juga pasti terlambat karena Risadju sudah berangkat dengan aman dan nyaman. Pihak kerajaan sungguh terkejut dengan apa yang dilakukan Risadju. Mereka tidak menyangka bahwa dirinya akan benar-benar datang ke Pulau Jawa.

“Tuan, Ibok pergi ke Jawa,” tutur salah seorang penjaga yang membawa pesan.

“Risadju sudah kelewatan, ia harus benar-benar diawasi. Pergerakannya membahayakan kerajaan dan diluar itu, alena[11] sudah melanggar ketentuan adat,” ucap sang raja yang sangat kesal mendengar kabar tersebut.

Pelayaran dari Sulawesi Selatan ke Pulau Jawa mencapai hampir satu minggu. Selama di perjalanan, Risadju menjadi sosok Ibok bagi para awak. Semua menyambut ramah keberadaan Risadju, begitu juga Risadju yang dengan senang hati membantu apapun yang bisa ia lakukan. Bahkan sesekali dia memasak masakan khas Kerajaan Luwu yang biasanya dihidangkan untuk para bangsawan. Sungguh senang hati melihat semua menikmati dan menerima keberadaannya dengan apa adanya.

            Setibanya di Pulau Jawa, mereka langsung pergi ke Batavia (sekarang Jakarta). Meskipun begitu, Yahya tidak bisa menemani Risadju, dia pergi setelah sampai di lokasi. Memang, kongres yang diselenggarakan dikhususkan untuk para anggota PSII putri sehingga kongres didominasi kaum wanita, hanya beberapa tokoh lelaki penting saja yang hadir. Kongres Nasional PSII itu dilakukan sekaligus meresmikan pendirian PSII Istri.

            Tak selang lama setelah kongres itu selesai, pihak kerajaan Luwu mencari Risadju. Risadju mendengar kabar untuk segera tiba di Palopo. Dengan hati risau dia pun kembali ke Sulawesi Selatan. Siapa sangka setibanya di sana Risadju penuh pengawalan. Pihak kerajaan memperlakukannya bak pelaku utama suatu kasus yang benar-benar besar. Semua anggota PSII dan masyarakat yang melihatnya merasa sedih dan khawatir. Semua tertunduk melihat perlakuan tersebut.

            “Aja fura mu fau, de’na mu’ullei,” teriak Risadju.

            Lantas semua rakyat yang tertunduk kembali menengadah, senyum mereka tertegun melihat senyum Risadju yang tidak pudar. “Siap, Indok,” jawab semua bersemangat.

            Oleh pihak kerajaan beliau dipanggil dengan dugaan melakukan pelanggaran karena telah melakukan kegiatan politik.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun