“Kau tentu dengan mudah mengucap itu, tapi hatimu tidak demikian. Lihat air matamu menetes, kau pasti tidak pernah sadar tentang itu,” terang Daud.
Dia tak kuasa mendengar pernyataan itu dari sosok yang sangat ia cintai. Dia telah menjalani hidup bersamanya selama bertahun-tahun, mencurahkan segala cerita keluh kesahnya, berjuang bersama tanpa rasa ragu, dan saling menemani ke mana pun Risadju pergi. Suaminya itu pun tak tahan menerima kenyataan bahwa perkataan Risadju benar akan ancaman pemerintah terhadapnya. Berat sungguh menerima kebenaran ini.
Tak lama setelah itu, mereka resmi bercerai. Risadju berusaha tetap memercayakan keputusannya kepada semua orang. Kini dia akan terus berjuang untuk melawan pemerintah kolonial Belanda demi kesejahteraan rakyat Luwu dan sekitarnya, dan juga demi Indonesia. Terlebih PSII yang ia tumbuhkan di tanah Sulawesi semakin berkembang. Dia tidak akan putus asa hanya karena ancaman dan tekanan. Apapun itu akan Risadju coba.
“Kau benar-benar wanita tangguh,” ucap Siti sambil menyapa Risadju.
“Semua orang itu tangguh, hanya saja ada yang terbuka dan tertutup,” terang Risadju.
“Kau salah satu yang terbuka?” tanya Siti.
“Kau salah satu yang mengambang? Hahaha,” ujar Risadju.
“Aku tidak bisa sepertimu, tapi aku yakin bisa membantumu, meskipun tak selalu. Kau harus mengingat kata saudaramu dan keluargamu. Aku percaya padamu,” katanya sendu.
“Meskipun aku sudah tidak sekuat masa muda, kau tahu aku tidak akan menyerah semudah itu. Aku tetap menyayangi keluargaku, tapi keluargaku bukan hanya mereka, rakyat pun merupakan keluarga bagiku,” lanjut Risadju.
Beberapa bulan kemudian
“Indok! Indok! Kita dapat undangan,” seru salah satu anggota PSII Palopo.