Mohon tunggu...
Novia Kusuma Dwiyanti
Novia Kusuma Dwiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student who will be success

LN later

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berjuang Kala Senja

17 November 2021   21:00 Diperbarui: 17 November 2021   21:08 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            “Ada perihal apa kalian datang ke masjid berbondong-bondong tak karuan seperti tiu?” tanya Tomanjawani.

            “Di mana gudang senjata dan keberadaan Risadju?” tanya NICA.

            “Maaf, ini tempat suci. Jika kalian mencari orang tolong pergi ke pengurus daerah setempat yang mungkin akan memberitahu kalian secara langsung, bukan di masjid. Apalagi mencari perempuan,” jelas Toman.

            Merasa kesal dan tidak puas atas jawaban itu, para tentara Belanda it uterus mengobrak-abrik masjid. “Cari semua penjuru, jangan sampai terlewat. Kalian semua! Jika tidak ada yang mau bekerja sama dengan kami, akan kalian rasakan sendiri,” ucap para tentara Belanda.

            “Tuhan akan menghukum kalian! Kitab suci Al-Qur’an kalian nodai tanpa rasa bersalah, sungguh tidak tahu diri, pergi kalian semua dari tempat suci ini!!!” ucap para penghuni masjid.

            Kericuhan lainnya terjadi. Tentara Belanda kembali diserang masyarakat hingga kewalahan, semua saling dorong dan berteriak tak karuan. Mendengar kabar tersebut, Risadju merasa sedih. Terlebih masjid yang diserang merupakan masjid yang ia jaga dan senantiasa ia kunjungi setiap hari. Sungguh sakit hingga rumah Allah mereka incar begitu saja. Risadju pun tidak tinggal diam, dia memerintahkan setiap orang pergi ke tempatnya secara bergantian untuk mengecek persediaan senjata yang telah tiba.

            “Kali ini benar-benar tidak bisa kita biarkan begitu saja, Indok. Mereka sudah kelewatan,”

            “Apalagi masyarakat kecil, mereka menjadi sasaran utama agar kita keluar, Indok,”

            “Bagimana ini? Jika kita diam saja akan semakin banyak korban lain,”

            “Tenang dahulu, istighfar, ada Allah di sisi kita. Senjata pun sudah datang. Aku mengumpulkan kalian agar kalian bersiap. Kalian bisa berlatih di sini,” ucap Risadju dengan tenang.

            “Alhamdulillah… bagaimana mungkin kau tidak memberitahu kami sejak tadi? Kami akan menggunakannya dengan baik, Indok. Terimakasih banyak,” ucap mereka.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun