Mohon tunggu...
Novia Kusuma Dwiyanti
Novia Kusuma Dwiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student who will be success

LN later

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berjuang Kala Senja

17 November 2021   21:00 Diperbarui: 17 November 2021   21:08 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Ya, mari kita kumpulkan semua anggota dan bentuk organisasi ini sebagaimana mestinya,” lanjut suaminya.

Furani manre?” tanya sahabatnya, Siti.

“Belum, aku harus menyiapkan ini dulu,” jawab Risadju.

Opu Risadju memiliki strategi yang unik dalam memperluas keanggotaan PSII di sana, yaitu dengan menyebar kartu. Kartu disebarkan setiap kali menarik perhatian orang-orang. Siapa-siapa yang memiliki kartu berlafaz kalimat syahadat, maka ia menjadi anggota PSII. Kalimat ini sekaligus menanamkan ideologi pada diri anggota bahwa mereka beragama Islam. Dengan cara seperti ini, Opu Daeng Risadju mendapat dukungan yang sangat besar dari rakyat.

“Kau terlalu bersemangat sampai lupa makan? Makanlah dahulu, biar kusiapkan barang-barang itu,” ucap Siti.

“Benar ucap Siti tu, makanlah dahulu, kesehatan lebih utama to,” ucap suaminya

“Iya, marilah makan bersama,” ajak Risadju.

Hari itu sangat bersejarah karena mulai tergeraknya semangat untuk bersatu di tanah Luwu dan sejalan dengan keinginan lepas dari tangan para penjajah. Peresmian PSII Palopo disertai rapat akbar di Pasar Lama Palopo (sekarang Jalan Landau). Meskipun ini pertama kalinya ia mendirikan organisasi, Risadju sangat apik dalam melakukan persiapan. Rapat dihadiri oleh pemerintah Kerajaan Luwu, pengurus PSII pusat, pemuka masyarakat dan masyarakat umum. Sangat ramai dan begitu disambut bahagia.

Dalam rapat tersebut Opu Daeng Risadju diresmikan sebagai ketua. Sedangkan saudaranya, Mudehang, terpilih sebagai sekretaris. Mudehang dipilih karena dia tamatan sekolah dasar lima tahun yang bisa membaca dan menulis. Ini sangat membantu Risadju karena keterampilannya yang lebih dari kerabat-kerabat lain. Rapat diakhiri dengan sorak sorai dukungan masyarakat terhadap PSII. Sang raja sekaligus ayahnya bangga atas langkah putrinya tersebut, beliau senantiasa mendukungnya meskipun tetap dengan amanatnya agar Risadju tidak begitu sembrono terhadap pemerintahan Belanda.

Setelah PSII cabang Palopo berdiri, tokoh masyarakat Malangke mengajak Opu Daeng Risadju membentuk ranting di sana. Reaksi masyarakat di sana sangat antusias dan berharap Opu dapat mengabulkan keinginannya. Sebagai pendiri, siapa yang  mau kehilangan kesempatan untuk memperluas kekuatannya? Opu Daeng Risadju pun pergi memenuhi keinginan masyarakat Malangke. ‘Ini akan membuat NICA semakin terpancing, aku akan membuktikan bahwa kita tidak akan terus berdiam diri,’ ucap Risadju dalam hati.

Benar saja dugaannya, meskipun Risadju berjuang dengan landasan agama, Belanda tetap mengawasinya. Di Malangke, kontrolir Belanda yang berada di Masamba merasa terusik dengan pergerakan Risadju. Dia menuduh Risadju telah menghasut rakyat dan melakukan tindakan provokatif. Risadju pun diadili dan ini pun membuat keluarga kerajaan merasa kecewa dengan tindakannya. Akhirnya Opu Daeng Risadju ditahan selama 12 bulan penjara.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun