Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terpuruk Lara

14 Oktober 2015   08:36 Diperbarui: 14 Oktober 2015   08:36 3258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Suatu hari, tanpa sebab dan tanpa rencana, aku tak kuasa melangkahkan kaki mengunjungi Grasia,  ia mengatakan sangat kecewa dengan pernikahan kita. Namun ia begitu bahagia menyambut kedatanganku. Pertemuan kami disambut oleh hujan deras dan gemuruh halilintar yang saling bersahutan. Tanah menjadi basah, debu-debu yang lengket didaunan ikut berguguran, ikan-ikan menari kesana kemari, kodok pun ikut bernyanyi dan melompat lebih tinggi. 

 

Dan aku tersentak kaget, ketika tiba-tiba pagutan hati yang tercabik telah meninggalkan noda pada kertas putih bersampul coklat bertuliskan sumpah dan janji perkawinan. Aku menangisi kebodohan ini. Tapi Grasia mampu melukiskan pelangi yang menerbangkan ribuan bidadari, sehingga aku terkulai lemah dalam cengkeraman rasa tak bersalah.

 

Tapi aku tahu ini salah, walaupun tanpa sepengetahuan kamu, namun relung jiwa jujurku mengakui pengkhianatan ini. Jadilah hari-hariku yang sepenuhnya menempatkan phisik di samping kamu, istriku, tapi jiwa seperti bercengkrama dengan robot yang diciptakan dari canggihnya teknologi manusia tapi tak memberi rasa dalam birasa yang telah binasa. Bibit cinta yang pernah kutanam dalam palung hatimu sudah betul-betul hilang. Tak kudengar lagi suara lembut yang mengalun merdu, tak ada wajah cantik yang terlihat teduh, tak ada perbuatan baik yang menggetarkan jiwa, semua terasa hambar dan salah. 

 

=== 

 

Memasuki bulan ke lima perkawinan kita, halaman rumah yang dihiasi bunga mawar semakin membanggakan durinya, kecoa-kecoa busuk semakin banyak berkeliaran, bahkan seisi kebun binatang pun kerap menghiasi bibirku, aku benar-benar muak menikmati hidup bersamamu, entah kenapa perasaan ini muncul begitu saja. Telah kucoba mendendangkan lagu merdu, juga menikmati gemercik air di kolam bunga bakung yang kita tanam bersama, tapi semua hanyalah sia-sia. Hatiku semakin menjauh. 

 

Maafkan aku, tidak bisa lagi kupaksakan untuk bersikap mesra denganmu, tak bisa lagi aku bermanis-manis dan bermanja-manja denganmu. Mulutku sudah membeku oleh dinginnya kabut malam. Tanganku sudah terikat oleh seutas tali kasih terlarang yang keluar dari kerak bumi nan fana. Sehingga, diamku, cuek dan sinisku selalu tertuju padamu. Bahkan hangatnya teh beserta telur dadar yang engkau suguhkan setiap pagi tak membuat diriku mau menyentuhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun