Suatu hari, tanpa sebab dan tanpa rencana, aku tak kuasa melangkahkan kaki mengunjungi Grasia, Â ia mengatakan sangat kecewa dengan pernikahan kita. Namun ia begitu bahagia menyambut kedatanganku. Pertemuan kami disambut oleh hujan deras dan gemuruh halilintar yang saling bersahutan. Tanah menjadi basah, debu-debu yang lengket didaunan ikut berguguran, ikan-ikan menari kesana kemari, kodok pun ikut bernyanyi dan melompat lebih tinggi.Â
Â
Dan aku tersentak kaget, ketika tiba-tiba pagutan hati yang tercabik telah meninggalkan noda pada kertas putih bersampul coklat bertuliskan sumpah dan janji perkawinan. Aku menangisi kebodohan ini. Tapi Grasia mampu melukiskan pelangi yang menerbangkan ribuan bidadari, sehingga aku terkulai lemah dalam cengkeraman rasa tak bersalah.
Â
Tapi aku tahu ini salah, walaupun tanpa sepengetahuan kamu, namun relung jiwa jujurku mengakui pengkhianatan ini. Jadilah hari-hariku yang sepenuhnya menempatkan phisik di samping kamu, istriku, tapi jiwa seperti bercengkrama dengan robot yang diciptakan dari canggihnya teknologi manusia tapi tak memberi rasa dalam birasa yang telah binasa. Bibit cinta yang pernah kutanam dalam palung hatimu sudah betul-betul hilang. Tak kudengar lagi suara lembut yang mengalun merdu, tak ada wajah cantik yang terlihat teduh, tak ada perbuatan baik yang menggetarkan jiwa, semua terasa hambar dan salah.Â
Â
===Â
Â
Memasuki bulan ke lima perkawinan kita, halaman rumah yang dihiasi bunga mawar semakin membanggakan durinya, kecoa-kecoa busuk semakin banyak berkeliaran, bahkan seisi kebun binatang pun kerap menghiasi bibirku, aku benar-benar muak menikmati hidup bersamamu, entah kenapa perasaan ini muncul begitu saja. Telah kucoba mendendangkan lagu merdu, juga menikmati gemercik air di kolam bunga bakung yang kita tanam bersama, tapi semua hanyalah sia-sia. Hatiku semakin menjauh.Â
Â
Maafkan aku, tidak bisa lagi kupaksakan untuk bersikap mesra denganmu, tak bisa lagi aku bermanis-manis dan bermanja-manja denganmu. Mulutku sudah membeku oleh dinginnya kabut malam. Tanganku sudah terikat oleh seutas tali kasih terlarang yang keluar dari kerak bumi nan fana. Sehingga, diamku, cuek dan sinisku selalu tertuju padamu. Bahkan hangatnya teh beserta telur dadar yang engkau suguhkan setiap pagi tak membuat diriku mau menyentuhnya.Â