Â
Kuatnya dirimu untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah-lah tempat kamu meratap melabuhkan dukanya. Betapa setianya kamu memanjatkan doa untuk kebaikan suamku. Dan betapa inginnya dirimu akan hadirnya cinta sejati dariku.
Â
 "Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba" mataku basah saat membaca tulisanmu.Â
Â
Mengakhiri tulisan terdapat doamu" Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Menyerahkan hati sombong ini pada-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak  mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku. Ya Allah, dengan rahmat-Mu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau". Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan kamu terbayang. Wajah manis dan teduh, pengorbanan dan pengabdian yang tiada putusnya, suara yang lembut, tangan yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta.Â
Â
Dalam keterpurukkan terasa ada angin sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Grasia telah memudar berganti cintamu yang datang di hati.Â
Â
Cahayamu memancar terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukan kamu. Segera kukejar waktu untuk mencurahkan segenap cintaku padamu. Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibumu memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. "Mana Fadiah Bu?". Kataku dengan serak karena tercekat. Kulihat ibuku dan saudara-saudaraku juga berkumpul di situ. Ibumu hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi?Â
Â