Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terpuruk Lara

14 Oktober 2015   08:36 Diperbarui: 14 Oktober 2015   08:36 3258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan wanita karir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang". 

 

"Bagaimana itu bisa terjadi?". 

 

"Kamu tentu tahu kan gadis cantik dan mempunyai karir cemerlang biasanya membuat kita menderita karena pesonanya. Ceritanya begini, aku berkenalan di suatu penerbangan dengan seorang gadis cantik yang menyandang gelar selebritis, begitu bertemu aku langsung jatuh cinta dan ternyata berlanjut hingga ke jenjang perkawinan. Ketika aku memutuskan untuk menikahinya, teman-temanku memberikan masukkan begini begitu jika menikah dengannya, mereka menyarankan untuk mencari wanita berjilbab dan taat agamanya. Itu lebih selamat dari pada dengan wanita cantik yang tidak karuan gaya kehidupannya. Tetapi aku tetap teguh pendirian. Aku rela mengeluarkan biaya yang tinggi saat menikahi si cantik itu. Tapi sekarang apa? Setelah aku sudah tidak punya banyak uang lagi ia langsung meninggalkanku dan menggugat cerai. Bahkan anak kami satu-satunya ditinggalkan begitu saja, tanpa ia peduli untuk mengunjunginya lagi. Aku sudah mati-matian mencari peluang usaha yang lain, demi memenuhi keinginan isteriku dan anakku. Semua harta kekayaan orang tua sudah terjual dan kini tempat tinggalpun sudah tidak kumiliki lagi, aku sekarang mengontrak. Aku sangat menyesal telah meletakkan kecantikan diatas segalanya. Aku telah diperbudak oleh popularitas. Hatiku bagaikan ikan yang mati di lautan. Padahal aku tahu dia sudah biasa pergi kemana-mana dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Sudah terbiasa berpesta pora. Sedangkan aku? Aku tak pernah mengenal dunia mereka. Aku sadar, aku telah melanggar ayat Allah dalam Al Qur'an surat An Nur ayat 3 :

 

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.

 

Mendengar cerita Pak Anton, aku jadi terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat kamu, Fadiah. Perlahan wajahmu begitu jelas dibayang mataku, tak terasa sudah seminggu aku berpisah denganmu. Tiba tiba ada kerinduan  yang menyelinap dihati. Kamulah istri yang sangat shalehah itu. Tidak pernah  meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan.  Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti kamu. Meskipun  hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajahmu telah menyala di relungnya. Apa yang sedang kamu lakukan sekarang isteriku? Bagaimana kandunganmu? Sudah sembilan bulan lebih. Berarti kamu akan melahirkan atau sudah melahirkan? 

 

Menjelang pulang ke Palembang aku menyempatkan belanja ke Pasar Mangga Dua, ku beli pakaian muslim untukmu, kubeli pakaian bayi untuk anakku yang ada dikandunganmu. Aku ingin memberikan kejutan, agar kamu tersenyum menyambut kedatanganku. Sesampai di Palembang, aku tidak langsung menemuimu di rumah mertua, tetapi ke kontrakkan kita untuk mengambil buku tabungan, yang kamu simpan dibawah kasur, di tumpukkannya kutemukan pula kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istrimu dengan lelaki lain. Gila! Apakah kamu serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Ya Allah, ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hatimu yang selama ini aku zalimi. Tulisanmu membuat jatuhnya bendungan di pelupuk mataku tak terelakkan, betapa kamu mati-matian mencintaiku, merendam rindu akan belaianku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun