Â
Abstract
A teacher who is capable of carrying out his teaching duties if the stages of preparation, learning process and evaluation are carried out according to his design. The process that is often neglected is that the learning model used is sometimes unable to provide solutions to teachers. Curriculum changes that have occurred in Indonesia indicate that all education actors, including teachers, must be ready and improve themselves to follow the development of change. In line with the demands for changes in the 2013 Curriculum calls for changes in development from social in nature to democratic participation, for the sake of human resource growth. If so, education should be directed as a process: learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be yourself (learning to be) and even lifelong learning (life long). learning), must adorn the lifestyle of a teacher, remembering that the teacher is an important figure in the process of change. This study intends to apply a learning model including: development of a syllabus and a Learning Implementation Plan (RPP) cooperative type time token type in PAK and Character In Class V, the material of Allah loves the world. The action hypothesis is a temporary answer in the form of action on the formulation of the problems set out in this classroom action research which is: student learning outcomes will increase "can be accepted. Based on the results of the implementation of classroom action research with the title implementation of the Jerrold E camp learning model in Christian education (PAK) and Character subjects in junior high schools, especially in Hauru Christian Middle School in class VIII which lasted for 2 research cycles, it can be concluded: Christian Educarion (PAK) and Character work effectively, so student learning outcomes will increase
Keywords: Cooperative Learning Model, type of time token, Christian Education (PAK) subjects
Â
PENDAHULUAN
    Tahap persiapan ditunjukkan melalui Desain Pembelajaran yang meliputi isi materi, strategi, model bahkan media sesuai dengan kebutuhan siswa. Sambil mempertimbangkan fasilitas yang akan digunakan, kelas dengan segala kelengkapannya, bahkan situasi / karakter siswa dalam menerima pembelajaran.[1] Tahap pelaksanaan merealisasikan tahap persiapan sesuai desain, dan tahap evaluasi menguji keefektifan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Proses yang dijelaskan di atas juga diharapkan terjadi dalam pembelajaran dan tata krama Pendidikan Kristen (PAK). Pendidikan Kristiani (PAK) dan budi pekerti merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan yang bersifat religius, dengan harapan peserta didik tumbuh keimanannya, membantu menerjemahkan dan mempertimbangkan kehidupan sehari-hari. Pendidik dan Karakter Kristiani (PAK) juga diharapkan mampu menyadarkan setiap orang akan Tuhan dan kasih-Nya di dalam Kristus, sehingga mengenal jati dirinya, kondisinya, bertumbuh sebagai anak Tuhan dalam persekutuan Kristiani, memenuhi panggilan bersama sebagai murid. di dunia dan masih percaya pada harapan.[2] Sejalan dengan itu, muatan pendidikan agama terkadang mengandung sejumlah pertanyaan yang menantang makna, makna dan tujuan hidup, iman bahkan keyakinan tentang Tuhan, diri dan hakikat realitas, masalah hak dan apa artinya menjadi. manusia. Pandangan ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Kristen akan berhasil jika apa yang diyakini oleh siswa harus nyata dalam mengamalkan kehidupannya sesuai dengan Alkitab sebagai dasar pelaksanaan PAK itu sendiri. Atau dengan kata lain kerinduan di atas sebenarnya mengharapkan pengetahuan, sikap, kepribadian, dan keterampilan seorang siswa setelah mendapatkan mata pelajaran PAK dan Budi. Pemikiran di atas akan menjadi nyata jika iklim pembelajaran yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi oleh seorang guru, khususnya guru PAK dalam kehidupan nyata, terkadang menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang menantang makna, makna dan tujuan hidup, keyakinan bahkan keyakinan tentang. Tuhan, diri dan hakikat realitas. Hal ini menjadi permasalahan yang sering menjadi perdebatan, sehingga PAK dan Karakter diharapkan mampu memberikan solusi atas pertanyaan tersebut. PAK dan Ciri-ciri yang diadakan di sekolah hendaknya membantu siswa menemukan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan Alkitab sebagai dasar pelaksanaan PAK itu sendiri.
Sadarilah bahwa Pendidikan Agama Kristen telah berusaha menerapkan apa yang dipelajari di kelas dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Menjembatani permasalahan tersebut seringkali dalam proses pembelajaran ditawarkan dan pembelajaran terapan yang lebih dekat dengan penerapan nilai-nilai yang dipegang. Suatu proses pembelajaran yang mampu menjadikan siswa pada level pengambilan keputusan dan keyakinan secara pribadi. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan karakter melalui pengajaran guru hendaknya membentuk keimanan yang muncul dalam bentuk kesadaran, ajaran dan mampu mengamalkan ekspresi siswa berdasarkan ajaran yang diterima dan dipelajari. Selain itu siswa harus diarahkan terus menerus untuk belajar menghargai diri sendiri dan orang lain sebagai wujud ajaran yang diterimanya, sehingga apa yang dimilikinya melalui pengajaran guru dihargai oleh siswa sebagai kekayaan bagi siswa. Oleh karena itu Pendidikan dan Karakter Agama Kristen harus diberi ruang yang sesuai dengan isi makna yang diungkapkan untuk menjadikan siswa Kristen khususnya dalam mencapai keberhasilan. Pembelajaran dan Karakteristik Pendidikan Kristen (PAK) di Sekolah sudah saatnya menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dan memberi ruang bagi siswa agar dapat memikirkan pengalamannya dan mampu mengambil keputusan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap inovatif dan kreatif bagi peserta didik. Semua itu tentunya membutuhkan guru PAK dan karakter yang bertanggung jawab dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Dalam hal itu baik murid maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan dibicarakan5Seseorang hanya dapat mengajar sebagaimana yang dia pahami. Apapun bahan tertulis yang diberikan untuk bimbingannya, guru mencerminkan pemahamannya sendiri dalam hubungannya dengan kelas. Bahkan bila ia mempunyai satu saja sumber tertulis untuk mengajar, yaitu Alkitab, ia perlu memperantarinya kepada anak-anak sebagaimana makna Alkitab itu sendiri baginya secara pribadi.6 Mengajar artinya membantu dan melatih Siswa  agar mau belajar untuk mengetahui sesuatu dan mengembangkan7  Mengajar pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistim lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar, sebab mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Guru yang mengajar di depan kelas sebelumnya harus menyiapkan berbagai persiapan untuk menunjang proses belajar mengajar, sebab tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merancang dan mempersiapkan pelajaran sehari- hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.8
Merancang dan mempersiapkan perangkat pembelajaran oleh guru salah satunya adalah guru mesti memilih model pembelajaran yang dianggap cocok. Temuan hasil penelitian Sahertian Christina9 bahwa rendahnya perolehan hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh terbatasnya sumber belajar yang tersedia dan strategi penyampaian pembelajaran yang kurang variatif. Salah satu sarana sumber belajar yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Model pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk membelajarakan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Model pembelajaran yang selama ini digunakan guru khususnya guru PAK dalam pembelajaran memang ada, akan tetapi dalam pengunaannya terkadang tidak sesuai dengan materi bahkan situasi siswa. Padahal itu yang diharapkan, karena memilih model pembelajaran yang cocok membuahkan proses pembelajaran yang menyenangkan serta hasil yang memuaskan, alis tuntas belajar siswa.Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAK dan Budi Pekerti yang dianggap tepat untuk mengubah tenaga, pikiran, bakat guru dan siswa dalam mengembangkan materi PAK dan Budi Pekerti menjadi bahan yang positif bagi siswa juga dapat bermanfaat bagi orang lain adalah bahan pembelajaran“Model Jerrold E Kemp.“[3] Model pembelajaran model Jerrpld E Kemp merupakan bahab ajar  dari pendekatan stuktural dari beberapa model pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.[4]
Model bahan ajar Model Jerrold E Kemp merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di Sekolah, dimana menempatkan siswa sebagai subjek, mereka harus mengalami sebuah perubahan kearah yang lebih positif. [5]Dari yang tidak tahu kearah tahu, disepanjang proses belajar itu, aktifitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain siswa selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajar siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini hendak dipakai dengan alasan bahwa terkadang guru PAK dalam mengajar kurang memperhatikan persoalan yang sementara dialami oleh siswa, guru PAK selalu memprioritaskan pencapaian materi pembelajaran, memang itu benar akan tetapi persoalan siswa juga perlu dituntaskan, artinya dalam mengajar, ruang harus diberikan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya, mungkin saja ketika siswa menyampaikan pendapatnya berangkat dari permasalahan yang sedang siswa alami.[6] Bila ini diberi ruang maka sebenarnya bukan saja materi pembelajaran guru PAK itu tercapai saja akan tetapi persoalan siswapun teratasi yang berujung kepada kepuasan siswa, sehingga kepuasan membuahkan iman yang bertumbuh kearah kedewasaan di dalam Allah, lewat Yesus Kristus dengan tuntunan Roh Kudus.