"Jujur." ah sial ini pasti karena mimpi Kosasih, kemaren dia bilang kalau semua orang akan berkata jujur. Saya melihat Kosasih, sepertinya dia juga menyadari hal yang sama seperti saya. tak lama ada beberapa orang berlari ke arah kami, saya lihat mereka sedang dikejar polisi, barangkali karena panik Kosasih juga ikut berlari tentu saja saya pun sama, di simpang jalan orang-orang yang berlari berpencar ke beberapa arah, saya dan Kosasih ikut berbelok ke salah satu arah diantaranya. Kami masuk ke dalam Gedung lalu bersembunyi dibelakang tempat sampah.Â
      Ada saya, Kosasih dan dua orang yang kami ikuti. Mereka lelah sekali, keringat mengucur deras bahkan salah satu orang dari mereka kepalanya berdarah. Dia membuka baju lalu mengeringkan keringat dan membersihkan darah yang mengotori rambut dan kening.
      "Polisi bangsat beraninya main pukul."
      "Emang, babi."
      Kosasih penasaran kenapa banyak orang turun kejalan, kenapa bisa ada kerusuhan.
      "Maaf bang. sebenarnya ada apa ya?"
      Dua orang yang kami ikuti saling tatap, bingung.
      "Lah, memangnya kamu gak tahu?". Kosasih menggeleng.
      "Terus kenapa tadi ikut lari?"
      "Panik."
      "Duh gimana sih." kata orang yang kepalanya berdarah, "Jadi begini bang, tadi pagi secara mengejutkan banyak pejabat menyerahkan diri, mereka mengakui kalau mereka korupsi. Ada juga ketua partai yang melakukan konferesnsi Pers, mereka menjelaskan jika selama ini partainya berlaku curang, membeli suara, jual-beli jabatan, korupsi lalu mereka juga bilang selama ini bekerja atas kepentingan golongannya saja."