Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monumen Kela(M)in

17 April 2022   05:24 Diperbarui: 17 April 2022   06:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Adik, saya punya bapak pekerja lepas di tambang dan mama sudah payah, sering sakit. Saya anak pertama, saya punya empat saudara, saya terpaksa. Setelah tahu kalau mimpi saya tidak akan terwujud saya berpikir, sudahlah tak apa setidaknya keadaan keluarga saya berubah. Sejak itu saya melakukan semua demi uang, saya ingin, saya punya saudara tidak perlu susah seperti yang saya alami. Saya ingin, saya punya mama bisa sembuh dan bapak bisa hidup tenang, tak perlu lagi kerja keras sebab saya punya bapak sudah tua. Tapi adik, malam ini saya sudah tidak kuat, saya tidak bisa lagi terus-menerus berbohong, saya punya hati seperti berontak. Ketika melihat orang-orang di aula berpesta seketika itu pula ingatan saya di serang mimpi yang sudah lama mati."

            "Dulu saya kesal dengan ketimpangan. Di jawa fasilitas Kesehatan lengkap tapi ditempat kami sekarat, di jawa mendapatkan uang mudah tapi di tempat kami setiap hari harus telan ludah, di jawa akses pendidikan gampang tapi di tempat kami bikin meradang. Malam ini kekesalan saya yang dulu memaksa saya harus berbuat sesuatu, sekarang saya memilih berkata jujur. Memang terlambat tapi setidaknya saya tidak mau dikemudian hari harus hidup dengan penyesalan."

            "Adik, semua  yang adik lihat dan adik dengar di Jakarta sampai dan di tempat ini adalah bohong. Psikolog-psikolog yang adik temui cuma akal-akalan saja biar adik bisa memimpikan apa yang mereka mau, cerita tentang Harun yang katanya penyebar fitnah juga bohong. Sebenarnya dia memang saksi kunci yang bisa menyeret semua pemimpin partai dan calon presiden ke penjara. Dia sembunyi membawa bukti penting, tapi sekarang dia sudah mati dan buktinya raib entah kemana. Lalu Gedung Kejaksaan yang katanya menyimpan dokumen yang sudah diedit untuk menjatuhkan pemeritah juga bohong. Di Gedung itu semua bukti korupsi ada. Dan sekarang hilang dilahap api. Sembako satu, monumen kejujuran juga bohong. Semua yang adik dengar dari mulut-mulut pertinggi partai hanya sampah. Katanya untuk bangsa dan negara, ah yang benar untuk pribadi dan kelompoknya. Mereka dan bahkan saya termasuk bangsat-bangsat yang seharusnya dihanguskan, kami itu licik, menggiring opini lewat media, menciptakan krisis agar gaduh lalu kami selesaikan sendiri seolah kami pahlawannya. Kami itulah seburuk-buruknya manusia."

            "Adik, saya minta maaf!" kata Om Kus sambil menangis. "Saya mau melakukan semua demi uang. saya sudah tidak kuat melihat yang seperti ini. Saya menyesal. Andai saja saya dan semua orang berani jujur mungkin keadaan negara kita tidak seperti sekarang, mungkin adik tetap hidup tenang di desa karena tak perlu terlibat dalam kebohongan tapi semua sudah terjadi. Saya ingin kasih pesan. Adik masih muda, punya kemampuan istimewa, lakukanlah yang bisa merubah keadaan. Jangan seperti saya, pilihlah cara yang benar. Meski harus saya akui itu sulit karena sekarang kita hidup pada masa dimana kelamin lebih jujur daripada pemiliknya."

            Kosasih meneteskan air mata, kecewa mendengar semua penjelasan dari Om Kus, dia kecewa mengetahui orang yang selama ini dianggapnya baik ternyata hanya memanfaatkan saja. Dia berdiri meminta Om Kus meninggalkan kamar. Katanya ingin menghabiskan malam hanya dengan saya. Sebelum pamit Om Kus kembali meminta maaf tapi Kosasih tetap diam. Air matanya sudah cukup menjelaskan bahwa dia mengalami guncangan luar biasa.

            Dia membantingkan tubuh ke atas kasur, memeluk guling sambil terisak. Suaranya payau memanggil-manggil nama Kakek Duloh. Dalam keadaan seperti sekarang ini seharusnya memang ada seorang yang bisa menenangkannya tapi satu-satunya orang yang sangat dia percaya sudah tidak ada. Dan Tanti juga tidak mungkin dihubungi sebab sejak kami meninggalkan rumah, Haji Idang melarangnya membawa handphone agar konsenterasinya tidak terpecah. Saya ingin mendekatinya tapi saya yakin bukan waktu yang tepat jadi saya hanya bisa meringis melihatnya terisak.


BAGIAN 4

            Saudara, sebelum saya melanjutkan cerita, sepertinya saya harus memberitahu terlebih dahulu tentang monumen kejujuran. Bentuk bagian bawahnya kotak, ada pintu besardi tengahnya dan sebelah pintu ada tulisan "Kejujuran adalah kebijaksanaan paling baik -- Benjamin Franklin". Di atas kotak ada perempuan memakai daster dengan mata tertutup dan sebelah tangan yang mengacungkan timbangan. Saya sering lihat patung seperti itu di film bedanya jika di film tangan yang satu lagi memegang pedang sedangkan di monumen kejujuran tangan yang satunya memeluk lambang negara Indonesia. Warnanya putih dan Lokasinya terletak di salah satu sudut Kawasan Monas yang berdekatan dengan masjid besar. tingginya 100 meter. 100 meter itu tinggi sekali, mungkin mengalahkan tinggi Godzilla yang saya lihat di televisi.

            Rencana yang disusun seperti ini. Hari senin tanggal 1 april 2024 acara peresmian dilangsungkan, dipandu oleh artis ternama,  sengaja dibuat semi formal biar terlihat kekinian tapi tetap elegan,  Monumen ditutupi kain putih besar dan akan terbuka ketika Ibu Kanjeng dan para ketua partai lainnya menekan tombol yang sudah disediakan secara bersamaan, saat tombol ditekan paduan suara akan menyanyikan lagu Indonesia raya, bersamaan dengan lagu bergema kain penutup akan turun pelan-pelan, temponya sudah diatur, ketika lagu habis maka kain juga sudah selesai diturunkan kemudian Pak Bambang akan memukul Gong sebagai tanda monumen sudah diresmikan tapi sebelum sampai ke bagian itu terlebih dahulu Ibu Kanjeng akan  menyampaikan pidato. Begitulah yang saya dengar dari obrolan di aula pertemuan.

Cerita ke 9 : Monumen Kelamin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun