Om Kus mematikan televisi lalu mendekati Kosasih.
      "Apa benar itu orangnya?"
      "Iya."
      "Yasudah, adik istirahat saja." kata Om Kus kemudian berlalu meninggalkan kami.
      Sejujurnya saya kaget, dari yang sudah-sudah mimpi Kosasih memang selalu tak masuk akal. Kali ini bukan hanya tak masuk akal tapi juga melibatkan kematian orang, bisa dikatakan Kosasihlah yang membunuh meskipun tidak secara langsung.
      Saya melihat Kosasih merenung, barangkali dia juga memikirkan hal yang sama seperti yang saya pikirkan. Saya melompat ke Kasur menubrukan badan lalu menancapkan kepala di pangkuannya. Kosasih tersenyum, hambar.
      Hampir sama seperti kejadian yang lalu, sore itu banyak orang berdatangan ke tempat kami. Tapi bukan membicarakan monumen kejujuran melainkan untuk berpesta. Di aula pertemuan sudah tersaji beraneka hidangan, dari buah sampai ke ragam daging. Ada juga minuman segar, ada panggung kecil yang diatasnya sudah ada dua orang lelaki, satu memegang gitar dan dan satu lagi berdiri disamping sejenis papan tebal dengan banyak tombol hitam-putih lalu ada juga tiga perempuan yang menggunakan pakaian ketat. Saya pernah melihat semacam ini di desa, kalau tidak salah namanya "organ tunggal" biasanya ada pada saat orang acara kawinan.
      Saya, Kosasih dan Om Kus masuk ke aula. disana sudah ada Ibu Kanjeng, Pak Bambang, Pak Tommy dan tentu ada Pak Manahan dan Pak Wijaya. Saya penasaran apakah jika seseorang dipasangkan sebagai calon presiden dan wakil presiden, apakah mereka harus kemana-mana bersama seperti saya dan Kosasih? atau bagaimana ya? soalnya hampir disetiap kesempatan saya melihat dimana ada Pak Manahan disitu ada Pak Wijaya.
      "Teng... Teng... Teng..." suara gelas diketuk Ibu Kanjeng setelah kami masuk aula kemudian seseorang memberinya gagang yang bisa membuat suara terdengar lebih keras, semua diam.
      "Hadirin, dihadapan kita sudah berdiri Kosasih. orang yang paling berjasa hari ini." katanya dengan suara serak tua "Berkat dia, orang yang selama ini kita cari sudah ditemukan. Tadi sekitar pukul tiga saya dapat laporan dari polisi bahwa hasil otopsi mengatakan bahwa mayat yang ditemukan adalah mayat saudara Harun." semua orang tepuk tangan, mereka bergembira hanya saya dan Kosasih saja yang kebingungan, oh iya Om Kus juga sama, dia memasang muka datar. Beberapa orang menghampiri Kosasih lalu menepuk Pundak sambil berkata "Hebat."
      Di tempat kami jika ada yang meninggal biasanya orang akan menangis, berduka. Tapi kenapa orang yang ada di aula  malah tertawa bahkan mengadakan acara makan-makan seperti sedang merayakan kawinan.