Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monumen Kela(M)in

17 April 2022   05:24 Diperbarui: 17 April 2022   06:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Kami keluar lewat pintu lobi belakang sebab di lobi depan sudah ada orang partai dan beberapa anggota polisi. Om Kus membawa kami ke apotek, dia memohon kepada pemilik tempat supaya mau meminjamkan kamar, katanya "Tolong kami kakak. Saya punya adik tidak sadar` diri, ini darurat kakak, kami sedang dikejar orang." Om Kus diizinkan tapi dengan syarat tidak boleh mengajak saya masuk ke dalam. 

            Saya melihat banyak orang partai berpencar, mereka juga didampingi polisi, saya bersembunyi di celah kecil yang ada diantara bangunan apotik dan toko roti. cukup lama sampai akhirnya Om Kus dan Kosasih keluar.

            "Adik seperti yang sudah saya jelaskan, sekarang adik pergi ke Bundaran HI, disana ada pos polisi di belakang pos polisi ada besi seukuran satu kali satu meter, adik buka lalu masuk ke dalamnya. Adik sembunyi disana. Saya yakin orang-orang tidak akan mencari sampai kesana." katanya mengingatkan, "Nanti jika keadaan sudah aman saya jemput lalu kita pergi dari Jakarta."

            "Om, bagaimana?" 

            "Tak usah dipikirkan adik. Saya mengamati keadaan sekitar. Saya tidak bisa kembali ke hotel karena mungkin orang yang saya kasih tinju wajahnya sudah menceritakan kepada yang lain kalau saya membantu adik meloloskan diri. Biar saya mengamati keadaan dari sini. Kita harus berpencar adik agar tidak tertangkap."

            Kosasih memberi isyarat agar saya mengikutinya. Kami menuju Bundara HI. Kosasih sudah mengganti bajunya, juga masker dan topinya. Kami membaur di keramaian. Orang-orang banyak yang turun ke jalan, berjejal. Ramai sekali sampai untuk melangkah saja susah. 

            Saudara, kami tiba di kolam besar berbentuk bulat yang ditengahnya terdapat patung lelaki dan perempuan seolah berteriak "selamat datang". Saya haus dan lapar, dari pagi saya belum minum apalagi makan. saya menggigit celana Kosasih memberi isyarat untuk menepi ke kolam. Saya minum meski rasa airnya tidak enak tapi setidaknya bisa sedikit menghilangkan haus. 

            Hanya ada satu petugas polisi yang berjaga di pos, barangkali yang lain sedang sibuk mengurus kelamin raksasa di Monas atau bisa jadi sedang sibuk mencari kami. Kosasih berjalan jingjit, hati-hati. Dia takut kalau polisi yang berjaga melihatnya. Kami menemukan besi yang dimaksud, Kosasih mengangkatnya pelan-pelan, Saya masuk lalu Kosasih masuk, kami menuruni anak tangga lalu besi kembali ditutup.

            Kosasih duduk bersandar pada dinding, dia tidak peduli meskipun disana tempat yang didudukinya kotor, dinding yang disandarnya lembab.

            "Sial." Katanya, "Tasnya hilang. Bangsat"

            Sebenarnya saya melihat tas Kosasih tertinggal di tangga darurat tapi saya tidak memberitahu Om Kus kalau tas itu tertinggal karena saya pikir lebih baik menyelamatkan diri. Sayang sekali, tas itu penting. Ada roti dan air didalamnya, Kosasih pasti merasa haus dan lapar. Saya tidak bisa melakukan apa-apa selain berharap semoga Om Kus cepat datang menjemput kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun