2. Kapalan Karam
Sayangnya, dalam perjalanan pulang, kapal yang ditumpangi Hang Nadim karam, mengakibatkan hanya empat lembar kain yang berhasil dibawanya kembali. Kekecewaan Sultan Mahmud adalah respons yang wajar mengingat besarnya permintaan yang tidak terpenuhi.
3. Interpretasi Kain Serasah
Beberapa penafsir dan ahli sejarah berpendapat bahwa kain serasah yang dimaksud dalam legenda ini dapat diartikan sebagai batik. Penafsiran ini didasarkan pada beberapa faktor:
1) Kekayaan Motif
 Batik dikenal dengan motif-motifnya yang kaya dan beragam, mirip dengan deskripsi 40 jenis bunga yang ada di setiap lembar kain serasah.
2) Teknik Pembuatan
Kain batik, yang dibuat dengan teknik pewarnaan menggunakan malam, merupakan karya seni yang mencerminkan keterampilan dan kreativitas pembuatnya. Kain yang dihasilkan oleh Hang Nadim menunjukkan proses yang sama, di mana ia harus menciptakan sesuatu yang unik dan bernilai.
4. Signifikansi Budaya
Cerita ini tidak hanya menggambarkan upaya individu dalam memenuhi perintah raja, tetapi juga dapat dilihat sebagai simbol penting dari identitas budaya Melayu. Batik, yang sudah menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia dan Melayu, mencerminkan kekayaan estetika dan teknik yang berkembang di masyarakat.
Cerita Laksamana Hang Nadim dalam Sulalatus Salatin memberikan wawasan menarik mengenai tantangan dan kreativitas dalam memenuhi harapan raja. Penafsiran kain serasah sebagai batik menunjukkan hubungan yang erat antara karya seni ini dengan sejarah dan budaya Melayu. Kain batik tidak hanya berfungsi sebagai barang komoditas, tetapi juga sebagai ekspresi identitas dan tradisi yang kaya, yang terus dihargai hingga saat ini. Melalui legenda ini, kita dapat melihat bagaimana seni batik dapat dipahami dalam konteks yang lebih luas, mencakup nilai-nilai budaya, identitas, dan keterampilan masyarakat pada zamannya.