Pada masa lalu, perempuan Jawa mendominasi dunia pembatikan. Keterampilan membatik sering kali diturunkan dari generasi ke generasi dan menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak keluarga. Perempuan menggunakan keterampilan ini untuk menghasilkan kain batik yang kemudian dijual atau digunakan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, upacara, dan ritual adat.
b. Pekerjaan Eksklusif Perempuan
Pekerjaan membatik pada umumnya dianggap sebagai domain perempuan. Kegiatan ini sering kali dilakukan di rumah, menciptakan suasana yang mendukung penguatan ikatan keluarga dan komunitas. Selain itu, pembatikan juga menjadi sarana untuk mengekspresikan kreativitas dan identitas feminin.
3. Pengaruh Penemuan Batik Cap
a. Inovasi dalam Produksi Batik
Penemuan teknik batik cap, yang memungkinkan penggunaan cap untuk mencetak pola di kain, membuka pintu bagi laki-laki untuk terlibat dalam industri batik. Proses yang lebih cepat dan efisien ini memudahkan produksi massal dan membuat batik lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.
b. Perubahan Peran Gender
Dengan adanya batik cap, peran gender dalam pembatikan mulai mengalami perubahan. Laki-laki mulai masuk ke dalam bidang ini, tidak hanya sebagai pengrajin, tetapi juga sebagai pengusaha yang memproduksi batik secara komersial. Hal ini menandai pergeseran dalam cara pandang terhadap pembatikan sebagai pekerjaan yang tidak lagi eksklusif bagi perempuan.
4. Batik Pesisir dan Garis Maskulin
a. Batik Pesisir
Di beberapa daerah pesisir, batik memiliki ciri khas yang berbeda dan sering kali lebih maskulin, seperti pada pola "Mega Mendung". Di daerah-daerah ini, pekerjaan membatik juga lebih umum dilakukan oleh laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada norma gender tertentu dalam dunia batik, terdapat pengecualian yang mencerminkan keragaman budaya dan tradisi lokal.