Mohon tunggu...
yeni purnama
yeni purnama Mohon Tunggu... -

apa nich

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penjual Jamu Gendong Terakhir

18 April 2011   09:25 Diperbarui: 4 April 2017   16:21 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ooo… yo, ini duite, Nduk.” Kakek tua mengeluarkan selembar uang dua puluh ribuan. “Kembalinya ambil saja, Nduk.”

“Waduh, nggak bisa Mbah.. saya tidak menerima uang tip. Ini dilarang Emak saya.” Edell menolak dan menyodorkan uang lima belas ribu sebagai kembalian.

“Wis tho, terima saja.. Anggap saja ini rasa terima kasih Simbah karena kamu sudah mau nemenin Simbah ngobrol. Oh yo, namamu sopo, Nduk?”

“Edellia, Mbah.”

“Sudah.. sudah genduk ayu.. Terima saja uang Mbah. Buat jajan es adik kamu.”

“Tapi, Mbah..”

“Wis tho… kali ini saja. Besok ndak lagi.”

“Ya sudah kalau Mbah maksa.”

“Besok kamu masih jualan lagi tho?” tanya Kakek tua.

“Iya, Mbah. Kalau nggak jualan, adik saya mau makan apa.”

“Yo wis, besok jangan lupa kesini lagi. Nanti Mbah beli jamu lagi.”

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun