Mohon tunggu...
yeni purnama
yeni purnama Mohon Tunggu... -

apa nich

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penjual Jamu Gendong Terakhir

18 April 2011   09:25 Diperbarui: 4 April 2017   16:21 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nggak mau… pliss…” Cewek pirang itu bergaya manja.

“Iya…iya…” Irfan berusaha untuk mengesampingkan perasaannya. Di samping itu dia juga sudah lama tidak berjumpa dengan Edellia. Diam-diam dia sedikit penasaran seperti apa Edell sekarang.

Kakek tua yang melihat mobil cucunya mendekat dan berhenti segera membayar dan pergi dengan buru-buru sehingga membuat Edell sedikit heran. Tapi melihat Irfan turun bersama seorang cewek, Edell langsung mengerti.

“Mbak… jamu kunyit asam dunk!” kata pacar Irfan.

“Iya Mbak.. Mas nya nggak sekalian?” kata Edell. Irfan terperangah sebentar. Dia hanya bisa menggeleng sambil kembali ke dalam mobilnya.

“Yank… napa ke mobil.. temenin aku dunk..” kata Meta, pacar Irfan.

“Ntar dulu..” hanya itu yang diucapkan Irfan. Cowok itu tidak menyangka Edell tampak tenang, bahkan terlalu tenang dibandingkan dengannya yang agak gugup. Dari dalam mobil Irfan bisa mendengar percakapan Meta dan Edellia.

“Mbak… kayaknya Mbaknya masih kecil ya..” kata Meta sambil menerima gelas yang berisi jamu.

“Saya 19 tahun Mbak, bulan depan.”

“Lho.. muda banget. Lebih muda setahun daripada saya.”

“Begitu ya, Mbak.. Mbak nya kuliah ya? Dimana?”

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun