Mohon tunggu...
yeni purnama
yeni purnama Mohon Tunggu... -

apa nich

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penjual Jamu Gendong Terakhir

18 April 2011   09:25 Diperbarui: 4 April 2017   16:21 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘PIK’. Tombol merah sudah dipencet dan sambungan telepon terputus. Sebetulnya Edellia belum terlalu mengantuk, tapi dia tidak mau membuat kekasihnya, Irfan tidur terlalu malam.

Tiba-tiba Edellia terbayang masa-masa ketika masih  sekolah dulu. Irfan adalah seniornya yang setahun lebih tua.  Mereka jadian setengah tahun sebelum kelulusan Irfan. Tapi meskipun sudah satu setengah tahun jadian, Edellia tidak mengijinkan Irfan mengunjungi tempat tinggalnya. Irfan tidak pernah tahun siapa orang tua Edellia, apa pekerjaannya. Namun Irfan tidak mempermasalahkan semua hal itu karena Edellia yang dia kenal adalah Edellia yang manis dan pintar serta pandai bergaul. Irfan hanya tahu kalau Edell harus menunda keinginannya melanjutkan kuliah karena tidak mampu membayar biaya masuk. Hanya itu yang dikatakan Edellia.

Dalam hatinya yang paling dalam, Edellia sebenarnya merasa malu kepada Irfan. Karena Irfan adalah anak seorang dokter spesialis yang sangat terkenal di Jawa Tengah dan dikenal sebagai keluarga yang terpandang. Gadis itu menjadi minder, dan memutuskan untuk tidak terlalu banyak bercerita tentang orang tuanya. Tentang pekerjaannya sekarang  Edell berbohong juga berbohong pada Irfan. Gadis itu mengatakan kalau dia menjadi waitress di sebuah restoran steak. Edellia sendiri tidak tahu harus sampai kapan menyimpan kebohongannya. Dia takut apabila mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, sikap Irfan akan berubah.

Nyanyian burung malam dan serangga-serangga malam membuat Edellia terlelap tanpa sadar selagi memikirkan kesusahannya. Satu hari yang panjang sudah berlalu.

***

Pagi yang baru selalu membawa harapan baru bagi bumi dan seluruh isinya. Begitu pula bagi Edellia. Pagi ini dia menyongsong harapan dengan semangat. Pikiran tentang Irfan selalu hilang saat pagi hari datang.

Langkah-langkahnya mantap menapaki jalanan. Teriakannya nyaring dan terdengar sedap di telinga.

“Jamuu…Jamuuuu…”

Hari itu seperti disarankan Bapak, Edellia berangkat lebih pagi dan berkeliling dari rumah ke rumah dahulu sebelum menuju ke pasar. Dia ingin memperoleh reputasi yang baik dulu di kalangan warga agar memperoleh pelanggan yang lebih banyak, mengingat peminat jamu di pasar mulai sedikit.

Ternyata usahanya tidak sia-sia. Pembelinya mulai bertambah banyak. Mereka menyukai Edellia yang berpenampilan manis dan rapi dengan kebaya hijaunya itu. Rasa jamunya juga sedap karena memakai bahan-bahan pilihan yang selalu terjaga kualitasnya secara turun-temurun.

Dia menjadi cukup populer sebagai penjual jamu termuda yang pernah orang-orang Boyolali temui. Namun, ketenarannya membuat Edellia menjadi gossip diantara ibu-ibu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun