“Nggak mau… pliss…” Cewek pirang itu bergaya manja.
“Iya…iya…” Irfan berusaha untuk mengesampingkan perasaannya. Di samping itu dia juga sudah lama tidak berjumpa dengan Edellia. Diam-diam dia sedikit penasaran seperti apa Edell sekarang.
Kakek tua yang melihat mobil cucunya mendekat dan berhenti segera membayar dan pergi dengan buru-buru sehingga membuat Edell sedikit heran. Tapi melihat Irfan turun bersama seorang cewek, Edell langsung mengerti.
“Mbak… jamu kunyit asam dunk!” kata pacar Irfan.
“Iya Mbak.. Mas nya nggak sekalian?” kata Edell. Irfan terperangah sebentar. Dia hanya bisa menggeleng sambil kembali ke dalam mobilnya.
“Yank… napa ke mobil.. temenin aku dunk..” kata Meta, pacar Irfan.
“Ntar dulu..” hanya itu yang diucapkan Irfan. Cowok itu tidak menyangka Edell tampak tenang, bahkan terlalu tenang dibandingkan dengannya yang agak gugup. Dari dalam mobil Irfan bisa mendengar percakapan Meta dan Edellia.
“Mbak… kayaknya Mbaknya masih kecil ya..” kata Meta sambil menerima gelas yang berisi jamu.
“Saya 19 tahun Mbak, bulan depan.”
“Lho.. muda banget. Lebih muda setahun daripada saya.”
“Begitu ya, Mbak.. Mbak nya kuliah ya? Dimana?”