“Lea, aku seneng kita bisa terus bareng kayak gini,” ucapnya dengan tulus.
Alea menatap Mikael, matanya penuh rasa sayang.
“Aku juga, El. Kamu selalu jadi alasan aku buat tersenyum setiap hari.”
Mereka duduk di tempat itu hingga langit berubah gelap, menikmati kebersamaan dalam keheningan yang nyaman. Meski tantangan masih ada di depan, mereka tahu bahwa selama mereka saling memiliki, tidak ada yang tidak bisa mereka hadapi.
Di malam harinya, setelah mengantar Alea pulang, Mikael berjalan pulang dengan perasaan hangat di hatinya. Ia merasa bersyukur atas setiap momen yang bisa dibagi dengan Alea, bertekad untuk terus memberikan yang terbaik untuk mereka berdua.
Beberapa minggu setelah kunjungan mereka ke taman, Mikael dan Alea memutuskan untuk menghadiri festival musik di kota. Festival ini adalah acara tahunan yang selalu mereka nantikan, dengan berbagai penampilan musik, permainan, dan makanan yang memenuhi area tersebut.
Mikael dan Alea tiba di area festival musik dengan penuh semangat. Suasana malam itu begitu hidup, dengan lampu-lampu berwarna-warni dan suara musik yang menggema di seluruh penjuru. Mereka memutuskan untuk menjelajahi area festival sebelum pertunjukan utama dimulai.
Di salah satu sudut festival, mereka menemukan ruang seni interaktif, di mana para pengunjung bisa melukis di kanvas besar bersama.
Alea, yang selalu tertarik dengan seni, segera mengajak Mikael untuk bergabung. Mereka mengambil kuas dan mulai melukis, menciptakan pola-pola yang mencerminkan kegembiraan mereka malam itu.
“Ga nyangka kita bisa jadi seniman dadakan,” ucap Alea sambil tertawa, memandang hasil karya mereka yang penuh warna.
Setelah puas melukis, mereka melanjutkan petualangan ke area permainan. Di sana, Mikael menantang Alea untuk mencoba permainan lempar gelang. Dengan penuh semangat, mereka bergantian melempar gelang, dan Alea berhasil memenangkan boneka kecil berbentuk bintang.