Hari-hari berikutnya diisi dengan persiapan untuk perjalanan ke pantai. Mikael mengurus segala sesuatunya, dari transportasi hingga akomodasi, memastikan bahwa Alea tidak perlu khawatir tentang apa pun. Ia juga berbicara dengan orangtua Alea, menjelaskan rencana mereka dan meminta izin.
Awalnya orang tua Alea ragu, namun setelah melihat betapa antusiasnya putri mereka, akhirnya orang tuanya setuju dengan syarat Mikael menjaga Alea dengan baik dan selalu memberi kabar. Alea tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Wajahnya kembali bersinar, meski tubuhnya semakin lemah.
Akhirnya, hari yang dinantikan pun tiba. Bertepatan dengan libur panjang, Mikael menjemput Alea pagi-pagi sekali, ketika langit masih gelap dan bintang-bintang masih terlihat.
Mereka berangkat dengan mobil yang dipinjam Mikael dari pamannya, melaju menuju pantai yang terletak beberapa jam dari kota mereka. Jalanan cukup ramai dengan kendaraan lain yang juga memanfaatkan libur panjang ini, tetapi hal itu tidak meredupkan semangat mereka.
Perjalanan itu dipenuhi dengan tawa dan cerita. Alea menceritakan berbagai kenangan masa kecilnya, sementara Mikael berbagi tentang impian-impian masa depannya. Meski ada kesedihan yang menggantung di udara, mereka berdua berusaha untuk menikmati momen yang ada.
Setibanya di pantai, langit mulai berwarna keemasan, menandakan bahwa matahari akan segera terbit. Mikael dan Alea turun dari mobil, lalu mereka berjalan berdua menuju tepi pantai. Pasir yang dingin menyentuh kaki mereka, sementara suara ombak yang berdebur menjadi latar belakang yang menenangkan.
Mereka duduk berdampingan, menatap cakrawala yang perlahan berubah warna. Matahari mulai terbit perlahan, memancarkan cahaya keemasan yang memukau.
“Bagus banget, El,” ucap Alea dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca.
“Iya, ini bagus banget,” jawab Mikael, menatap matahari terbit dengan perasaan haru.
Dalam keheningan itu, Mikael merasakan sebuah keberanian muncul dalam dirinya. Ia menoleh ke arah Alea, menatap sahabatnya yang kini tampak begitu damai.
“Emm... Lea, gue mau bilang sesuatu,” ucap Mikael, suaranya sedikit gemetar.