Suatu hari, ketika mereka sedang melukis bersama, seorang anak bernama Aulia mendekati Alea dengan mata berbinar.
“Kak Alea, aku suka banget melukis. Aku mau jadi pelukis seperti Kakak,” ucap anak itu dengan penuh harap.
Alea tersentuh mendengar kata-kata Aulia. “Kamu pasti bisa, Aulia. Yang penting kamu terus latihan dan jangan pernah berhenti mencoba.”
Setelah momen itu, Mikael dan Alea saling bertukar pandang, merasakan dampak positif yang mereka berikan. Mereka merasa semakin termotivasi dan menyadari bahwa berbagi waktu dan perhatian dengan anak-anak ini tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga membuat hidup mereka lebih berarti.
Setiap kali pulang dari panti asuhan, Mikael dan Alea merasa lebih dekat satu sama lain. Mereka sering berbagi cerita tentang momen-momen menyentuh hati yang mereka alami dan bagaimana anak-anak disana mengajarkan mereka tentang ketulusan dan kebahagiaan sederhana.
Melalui pengalaman ini, Mikael dan Alea belajar bahwa kebahagiaan sejati sering kali ditemukan dalam tindakan memberi dan berbagi. Mereka berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan sukarelawan ini sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka, dan dengan setiap langkah yang mereka ambil bersama, mereka menyadari bahwa tidak hanya membangun kenangan indah, tetapi juga meninggalkan jejak positif di dunia ini.
Suatu hari, ketika Mikael dan Alea menjalani rutinitas di panti asuhan, Alea mengajar anak-anak cara melukis, sementara Mikael mengajarkan mereka olahraga. Tiba-tiba, Alea jatuh lemas ke lantai. Mikael terkejut dan segera berlari menghampirinya.
“Lea! Kenapa?” tanya Mikael, suaranya penuh kekhawatiran.
Alea menghela nafas. “Aku ngerasa ga enak badan, El,” jawab Alea dengan suara pelan.
Setelah Alea mengatakan tentang kondisinya, Mikael langsung bergegas mengajaknya pulang. Di atas motor, Mikael memecah keheningan.
“Aku rasa kamu butuh istirahat yang cukup. Mungkin kita bisa berhenti sebentar dari kegiatan di panti?” ucapnya dengan suara lembut.