“Ini bakal jadi proyek besar,” ucap Mikael sambil melihat sekeliling.
Alea mengangguk setuju. “Bayangin betapa indahnya nanti kalau sudah jadi taman yang hijau dan asri.”
Dengan semangat, mereka mulai bekerja. Alea, yang memiliki pengetahuan tentang tanaman, memimpin dalam memilih dan menanam bunga serta semak-semak. Sementara itu, Mikael, dengan kekuatanya, membantu menggali tanah dan menata batu-batu untuk membuat jalan setapak.
Sepanjang hari, mereka bekerja berdampingan dengan sukarelawan lainnya, berbagi cerita dan tawa. Kebersamaan dan tujuan yang sama membuat pekerjaan berat terasa lebih ringan.
Di tengah kesibukan, Alea menemukan sebatang pohon kecil yang tampak rapuh namun memiliki potensi untuk tumbuh besar dan kuat. “Kita harus tanam ini di tengah taman, sebagai simbol harapan,” usulnya.
Mikael mengangguk setuju, kemudian bersama-sama mereka menanam pohon itu dengan hati-hati.
“Suatu hari nanti, pohon ini bakal memberikan keteduhan bagi banyak orang,” ucap Mikael sembari menepuk tanah di sekitar pohon.
Ketika matahari mulai terbenam, taman kecil itu mulai menunjukkan bentuknya. Meski belum sepenuhnya selesai, perubahan yang terjadi sudah terlihat jelas. Mikael dan Alea berdiri sejenak, mengagumi hasil kerja keras mereka.
“Kita harus sering-sering lakuin hal kayak gini,” ucap Alea dengan senyum puas.
Mikael mengangguk. “Iya, dan ini bukan cuma tentang membuat taman, tapi juga tentang memberi sesuatu yang berarti bagi orang lain.”
Mereka kemudian pulang dengan perasaan bangga dan puas, membawa serta pelajaran berharga tentang kerja sama dan kontribusi. Hari itu, mereka tidak hanya membantu membangun sebuah taman, tetapi juga memperkuat ikatan di antara mereka dengan komunitas sekitar.