“Tapi ternyata? kita malah jadi sahabat,” lanjut Mikael, menatap Alea dengan tatapan penuh kasih.
Alea mengangguk, matanya menerawang jauh. “Gue bersyukur banget kita bisa temenan, El. Lo selalu ada buat gue.”
Mikael merasakan dadanya menghangat. “Gue juga bersyukur, Lea. Lo sahabat terbaik yang gue punya.”
Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang nyaman di antara mereka. Angin berhembus lembut, membawa kesejukan yang menenangkan.
“El, ada satu hal yang pengen gue lakuin sebelum… sebelum semuanya berakhir,” ucap Alea pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara angin.
“Apa pun itu, Lea, gue bakal bantu lo,” jawab Mikael tanpa ragu.
Alea tersenyum, menatap Mikael dengan mata yang penuh harap.
“Gue pengen kita pergi ke pantai. Gue pengen liat matahari terbit di sana, sama lo.”
Mikael mengangguk, merasa lega bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk Alea.
“Kita bakal pergi ke pantai, Lea. Gue janji.”
Malam itu, Mikael pulang dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa waktu mereka bersama semakin terbatas, namun ia bertekad untuk membuat setiap detik yang tersisa menjadi berharga.