Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 6 - 8)

30 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tiba di rumah sekitar pukul setengah enam lewat, aku langsung bergegas mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi lagi. Ketika aku di jalan tadi, Henry sudah mengabariku dan mengatakan dia akan brangkat ke rumahku pukul enam tiga puluh nanti.

Tidak butuh waktu lama untuk diriku bersiap-siap. Aku telah mengenakan pakaian bagus yang semalam telah ku siapkan. Seuntai kalung mutiara putih telah melingkar di leherku, jatuh tepat di bagian atas blus pink yang ku kenakan. Aku juga mengenakan gelang yang masih satu seri dengan kalungku ini. Hmm.. Setidaknya aku bisa tampil sedikit feminim malam ini, meski tidak mengenakan rok.

Sling bag kecil berbentuk kotak persegi panjang warna putih telah ku siapkan di atas meja ruang tamu. Warna putihnya senada dengan kalung serta gelangku. Sedangkan sepatu yang hendak ku pakai berwarna hitam, modelnya ceper nyaris seperti sepatu balet. Namun di bagian depannya terdapat semacam kancing berwarna keemasan.

Hmm.. Sudah berapa kali aku bolak balik mematutkan diri di depan cermin itu. Aku hanya mengenakan riasan tipis di wajahku, dan mempertegas riasan di bagian mata dan bibir. Model rambutku yang sekarang sangat mendukung diriku terlihat lebih segar. Aku benar-benar puas dengan hasil potongan Mba Lina.

Baru saja aku mengambil ponsel hendak menelpon, orangnya sudah tiba di depan pagar rumahku. Aku bergegas keluar dari kamar dan menyabet sling bag putih ku.

"Ma.. Aku jalan ya.. Papa mana?"

"Iya.. Mana Henry? Papa di kamar mandi"

"Henry di depan." seraya aku berjalan menuju keluar rumah diikuti langkah Mama di belakangku. Rupanya Henry sudah berdiri di ujung teras. Kami pun pamit sekali lagi pada Mama kemudian berlalu pergi meninggalkan rumahku.

Wah tampaknya cuaca telah bersahabat. Semoga kami selamat dari hujan hingga acara malam ini berakhir. Henry melajukan motornya dengan kecepatan normal. Tetap saja masih tersendat, kenapa lagi kalau bukan karena padatnya jalan raya. Kami tidak banyak bicara dalam perjalanan. Hanya sesekali saja membicarakan hal yang ringan.

Hingga tidak terasa kami telah tiba di lokasi resepsi pernikahan Faris. Sorotan sinar lampu dan untaian bunga-bunga yang begitu cantik memenuhi seantero ruangan itu. Aku dan Henry melangkah memasuki ruangan yang terbentang luas di hadapan kami. Sang pengantin diapit kedua orang tua mereka berada di tengah-tengahnya. Di atas panggung yang sangat menawan. Nuansa putih dan pink tampak begitu nyata disini.

Meski berjalan berdampingan, Henry tidak berusaha menggandeng tanganku lagi seperti dulu. Mungkin dia telah lupa pada kebiasaannyaa itu. Yang selalu mencuri kesempatan ingin meraih tanganku untuk digandengnya. Kami langsung menuju ke atas pelaminan untuk memberi ucapan selamat pada mempelai pengantin dan kedua orang tua mereka. Tidak lupa, Faris meminta kami berfoto dulu dengan pengantin sebelum kami turun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun