Hawa di dalam kedai terasa lebih dingin hari ini. Padahal suhu dari AC telah kami sesuaikan dengan keadaan cuaca diluar. Namun tetap saja, rasanya aku hampir menggigil disini. Rintik gerimis masih terus membasahi sejak pagi tadi hingga menjelang siang ini. Aku rindu matahari. Mengapa dia harus bersembunyi di balik awan-awan gelap itu? Hmm.. Bisa jadi matahari tidak berbeda jauh dengan manusia, akan ada masanya matahari harus meredup sementara seperti kebahagiaan yang harus terhalangi dulu oleh kesedihan yang juga sementara.
Aku dan Dion masih sibuk melayani pesanan pelanggan. Sekuat tenaga aku tetap sigap menyiapkan pesanan mereka di tengah kondisi tubuhku yang sedang kedinginan. Hmm.. aku ini memang norak. Kadang kedinginan sedikit saja, aku tidak tahan. Aku heran melihat teman-temanku disini dan semua orang yang berada di sekelilingku saat ini, apa mereka semua tidak merasakan hal yang sama denganku? Kenapa mereka terlihat biasa-biasa saja ya? Seperti tidak merasa sedang kedinginan sama sekali. Atau jangan-jangan tubuhku sendiri yang sebetulnya sedang tidak sehat. Ah.. Sudahlah..
"Mel, itu pesanan siapa?" mata Dion memandang ke arah cangkir putih yang berada di tangan kiriku. Aku sedang menjadikan cangkir itu sebagai penadah air kopi yang mengalir lembut keluar dari mesin kopi.
"Hehe, pesanan gue dong. Ingetin ya! Nanti gue bayar kok."
"Hahaha sip. Kirain punya siapa itu."
Aku telah siap dengan secangkir kopi latte hangat di tanganku, untukku bawa serta ke ruang belakang kedai, "Gue makan dulu ya Yon.."
"Iya. Lo bawa bekel Mel?"
"Iya." aku pun membalikkan tubuhku berlalu melangkah pergi sekarang juga. Hmm.. Aku mengangkat tinggi cangkir putih mendekati indera penciumanku, harum sekali kopi buatanku ini. Aku tidak tahan jika harus meminumnya nanti. Sebelum memulai makan siangku, akhirnya aku seruput dulu kopi latte hangat itu barang sedikit. Wah.. Nikmatnya..
Pada cuaca yang sangat dingin seperti sekarang ini memang paling cocok untuk menikmati secangkir kopi hangat. Pantas saja kedai kami tetap ramai pengunjung meski diluar hujan masih sering mengguyur. Mereka yang tetap harus beraktivitas namun jauh dari rumah tentu sangat terbantu dengan adanya kedai kopi di sekitar mereka.
Bekal makan siangku kini telah tandas, yang tersisa hanyalah setengah cangkir kopi latte yang sudah tidak terlalu hangat lagi. Namun rasanya masih tetap nikmat. Kalau makan siang di ruang belakang seperti ini, aku bisa lebih santai, bisa selonjoran di lantai. Sedang kalau makan diluar waktu istirahat jadi terasa lebih cepat berlalu.
Sebelum aku benar-benar tertidur disini, lebih baik aku habiskan kopiku sekarang juga dan segera meninggalkan ruangan ini, kembali ke depan. Meski waktu istirahatku masih tersisa sepuluh menit lagi.