"Besok rencanaya lo mau dateng Yon, ke akad nikahnya Faris?"
"Pinginnya dateng, mau gimana lagi. Kan gue jelas ngga bisa pergi malemnya."
"Lo dateng aja bareng Eka sama Rena. Janjian gitu dimana kek.."
"Apa tuh sebut-sebut nama gue?" tukas Eka dari balik meja kasirnya.
"Hahaha, besok Dion mau barengan tuh sama lo, dateng ke akadnya Faris."
"Iya Ka, si Rena juga ajakin bareng gitu.." Dion menimpali ucapanku.
"Jam sepuluh ya? Nanti hujan lagi.. Hahaha.." celetuk Eka menimpali Dion.
Hmm.. Berarti besok pagi aku hanya bertugas berdua dengan Mutia di kedai. Sabtu pagi dan hanya berdua, semoga saja kedai belum terlalu ramai sehingga pekerjaan masih dapat kami handle berdua saja.
Sekarang hanya tersisa waktu lima menit lagi, tugasku pun selesai hari ini. Satu pesanan di tanganku ini akan rampung dalam beberapa detik saja. Namun dari kejauhan, sekilas aku melihat segerombolan anak muda lelaki dan perempuan yang sedang berhenti di ujung area parkir. Tampaknya mereka sedang berdiskusi tentang sesuatu. Lalu kemudian mereka semua bergerak ke arah kedai kami. Hmm.. Bagus, aku memang senang kalau kedai kami ramai. Tapi ini sudah waktunya aku harus berhenti dari tugasku. Mana tega aku membiarkan Dion menyiapkan sendiri minuman untuk orang sebanyak itu.
Aku tetap tersenyum ramah ketika menyambut kehadiran mereka yang telah mengatur posisinya secara bergiliran untuk memesan padaku. Dengan sigap aku menyiapkan pesanan mereka seraya memberi komando pada Dion untuk membagi tugasku dengannya. Pesananan anak muda yang berikutnya benar-benar menguji tingkat kesabaranku. Hampir semua macam minuman yang tertera pada daftar menu ditanyakan penjelasannya. Aku pun telah menjawabnya satu per satu dengan penjelasan yang paling singkat namun tetap jelas.
Awalnya dia memilih kopi latte, lalu katanya, "Kapucino aja deh Mba." Ekspresi wajahku tetap tersenyum. Tapi tidak lama kemudian dia mengatakan lagi, "Eh moka enak kali ya?"