Aku terus tersenyum dan sedikit mengangguk, "Semuanya juga enak kok Kak.."
"Eh lo yang bener, Mba'nya bingung. Kelamaan lo.." akhirnya ada yang mewakilkan suara hatiku. Hahaha. Teman si anak muda yang berdiri di sampingnya telah menyikut lengan kanannya.
"Ya sudah, kopi moka aja Mba.." nada suaranya berubah jadi sedikit memelas seolah dia tidak diberi kesempatan untuk berpikir lagi.
Sampai akhirnya aku baru selesai memenuhi segala pesanan segerombolan anak muda itu pada pukul empat lebih tiga puluh lima menit. Dion langsung mengusirku.
"Sudah Mel, pulang gih.."
"Oke deh.. Lelah gue Yon.. Haha.."
Di ruang belakang, aku menjatuhkan diriku di kursi kayu dekat loker. Huh.. Ku keluarkan ponsel dari saku celemekku. Aku melepas celemek itu, mengibas-ngibasnya serta melipatnya rapi. Rasanya malas sekali aku bangkit dari kursi ini. Huh.. Akhirnya aku tinggalkan juga kursi kayu itu. Aku segera menyelesaikan persiapanku untuk pulang. Aku tidak melihat jam lagi ketika meninggalkan kedai lewat pintu samping.
Aku berjalan kaki menuju pagar depan ruko. Dan menghentikan langkahku di trotoar, menunggu bus kotanya melintas. Hmm.. Tampaklah motor yang bodynya sangat ku kenal itu, semakin mendekat menghampiri tempatku berdiri.
"Neng! Bareng yuk..!" lelaki itu menaikkan kaca helmnya dan menggodaku.
"Nang neng, nang neng! Emang ada helmnya?"
"Ngga lihat? Nih..." dia memamerkan helm satunya yang diletakkan di atas tangki depan motornya. Dan langsung menyerahkannya padaku untukku kenakan.