"Sekali lagi aku minta maaf ya Mas, sama kamu. Kalau emang ada sikap aku yang sudah menyakiti kamu selama kita kenal, aku sama sekali ngga bermaksud begitu."
"Ngga Mel.. Kamu ngga perlu minta maaf lagi. Kamu ngga salah. Apa kita boleh tetap berteman Mel?"
"Ya ampun Mas, aku juga ngga pernah bilang kan kalau aku sudah ngga mau berteman sama kamu lagi? Kita tetap bisa berteman baik sampai kapan pun. Cuma, kamu juga mesti punya waktu untuk membuka diri kamu buat cewek lain. Kalau kita terlalu sering bareng-bareng kayak kemarin-kemarin, gimana kamu bakal punya waktu untuk itu.."
Lantas Henry mengangguk mengiyakan ucapan ku barusan.
"Kalau mau mampir ke kedai, ya dateng aja Mas.. Kalau sebelum-sebelumnya kamu bisa cuek saat ketemu Mba Lidya, mungkin nanti lama kelamaan hati kamu luluh sendiri pas ketemu dia."
"Apaan sih Mel? Ngga usah bahas dia sekarang."
"Hmm Iya deh.. Maaf.."
Karena mengobrol sejak tadi, aku jadi lupa mengambilkan air minum untuknya.
"Oh iya, aku ambil minum dulu ya sebentar."
"Eh ngga usah Mel, ini aku mau balik."
"Oh.. Ya sudah. Maaf lho aku sampe lupa ambilin dari tadi. Mama panggil aku pas aku belum lama masuk kamar. Mau balik sekarang? Aku panggil Mama ya"