Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 6 - 8)

30 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedari tadi memikirkan hal ini, untung aku tetap sadar ketika bus kota yang ingin ku tumpangi melintas sedikit lagi di depanku. Aku buru-buru menyetopnya dan segera naik perlahan-lahan saat busnya telah berhenti. Aku berdiri di tengah para penumpang lain yang juga berdiri. Kami berpegangan pada besi panjang yang menggantung di tengah langit-langit bus. Ini sumber kuman, ini hal yang paling tidak ku sukai saat menaiki bus yang penuh.

Aku masih terbayang oleh pertemuan singkat yang baru terjadi beberapa menit yang lalu. Tatapan mataku memang memandang ke arah luar jalanan, tapi rasanya aku hanya memandang kosong, pikiranku sedang melanglang kemana-mana. Di tengah guncangan bus kota yang sesekali mengerem mendadak ini, aku perlu berhati-hati menjaga keseimbangan tubuhku agar tidak oleng dan terjatuh.

Jika Henry dan Mba Lidya tidak pernah saling mengenal sebelumnya, apakah aku bisa menerima Henry sepenuhnya dalam hidupku?! Entahlah.. Inilah garisan takdir yang sesungguhnya, yang harus kulewati sebagai bagian dari perjalanan hidupku. Segalanya telah mengubahku menjadi sosok yang lebih dewasa saat ini.

Sampai di rumah, Mama masih sering bertanya, "Henry kemana?" sejak terakhir kali mengantarku pulang hampir dua minggu yang lalu, Henry tidak pernah terlihat lagi bertandang ke rumah kami. Padahal aku sudah bilang pada Mama kalau aku telah menolaknya. Tapi terkadang Mama terus bertanya, entah itu sengaja meledek atau ingin membuatku menyesal telah menolaknya. Aku bosan menjawab pertanyaan Mama. Sehingga terkadang aku asal-asalan menjawabnya.

"Ngga dianter Henry?"

"Ngga Ma.. Musim hujan gini."

"Oh.. Kalau sudah ngga musim hujan berarti dianter lagi ya nanti?"

"Aduh.. Terserah Mama aja deh.."

Setelah puas menggodaku, biasanya Mama tertawa sendiri. Aku tidak pernah menceritakan pada Mama atau pada siapa pun perihal sebabnya aku tidak dapat melanjutkan hubungan dengan komitmen yang serius bersama Henry. Aku tidak ingin dikatakan bodoh karena mengorbankan perasaanku sendiri demi Mba Lidya yang sangat ku hormati, sedangkan Henry sendiri belum tentu mau kembali pada Mba Lidya.

"Mel.. Amel.. Ada yang cari nih.." Mama sudah memanggilku lagi padahal aku baru saja meletakkan tasku di meja kamar.

"Iya sebentar Ma.." aku selesaikan dulu membuka jaket yang baru terbuka risletingnya. Lalu segera bergegas keluar meninggalkan kamarku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun