Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 6 - 8)

30 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Butuh waktu cukup lama juga untuk akhirnya dapat memutuskan satu yang paling sesuai untukku kenakan besok. Yang jelas, aku tidak mau pakai rok. Aku akan tetap mengenakan celana bahan yang cukup kecil pada bagian betisnya. Sedangkan atasannya aku memilih blus lengan panjang warna pink yang bermodel lebar pada bagian tangannya. Aku tidak perlu mengenakan sepatu yang berhak tinggi. Menurutku, aku sudah cukup tinggi. Lagipula bisa-bisa nanti aku terjatuh ketika mengenakan sepatu macam itu.

Pakaian yang tepat sudah ku dapatkan, sekarang waktunya ku bereskan kembali isi lemariku. Setelah semua beres, aku pun keluar dari kamar menuju ruang makan. Aku ingin tahu hari ini Mama masak apa. Kenapa Mama diam saja dari tadi, belum menyuruh atau mengajak aku makan. Aku membuka tudung saji berwarna biru yang telah berusia ribuan tahun itu. Hahaha, tidak selama itu. Mungkin sekitar belasan tahun lalu ketika itu aku masih berseragam sekolah dasar. Aku lupa kelas berapa waktu Mama membelinya dari tukang perabotan yang lewat di depan sekolahku.

Ya ampun Mama, seperti tidak ada tukang perabot yang dekat rumah saja. Kala itu beliau sedang duduk-duduk bersama Ibu-ibu yang lain di depan gerbang sekolahku. Beliau hendak menjemputku pulang. Aku baru saja keluar dari kelas dan menghampiri Mama, namun beliau tidak melihatku datang. Beliau malah meghampiri mobil tukang perabot yang kebetulan sedang berhenti di pinggir jalan.

Aku menunggu Mama di tempat sebelumnya beliau duduk. Tidak lama sudah ada tudung saji biru itu di tangannya. Mama menoleh padaku dan memanggilku untuk mendekatinya. Akhirnya aku tidak jadi minta dibelikan batagor. Takut Mama marah.

Dengan riangnya Mama membawa pulang tudung saji itu dan memandanginya sepanjang perjalanan kami menumpang bajaj. Waktu itu aku tidak tahu apa istimewanya sebuah tudung saji yang terlihat biasa-biasa saja. Namun kini aku sudah menemukan jawabannya. Hmm.. Ternyata tudung sajinya awet. Terbuat dari bahan plastik yang sangat tebal. Ah.. Ini bukan waktunya membahas tudung saji kami.

Aku menemukan kentang balado dan sayur lodeh di dalam tudung saji yang telah ku angkat. Mama memergoki aku sedang memandangi masakannya itu.

"Mel, makan! Kenapa dilihatin?"

"Makan bareng yuk.."

"Ngga.. Mama belum laper."

Hmm.. Mama menolak ajakanku mentah-mentah. Aku lantas menyiapkan seporsi makan malamku dan membopongnya ke ruang televisi. Aku menyantap makan malam ku ditemani Mama sambil menonton televisi.

"Ma, besok malem aku kondangan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun