Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

88 KM Merindu

19 Oktober 2022   20:09 Diperbarui: 19 Oktober 2022   20:14 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tolong dipegang," katanya sambil memberikan beberapa kunci bengkel dalam sebuah kantong plastik.

Motor melaju santai di atas aspal berlubang menuju kampung sebelah. Faris mencuri pandang lewat spion motornya. Ia tersenyum mendapati wajah Aristi yang masih tersisa lelahnya.

Aristi berdiri di samping motornya. Ia tak bisa membantu apa-apa. Bukan tahu juga ia membetulkan rantai motornya yang putus. Faris dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Selang beberapa puluh menit, selesai.

"Sudah. Ongkosnya 20 puluh ribu," kata Faris.

Aristi merogoh saku celana. Bolak-balik ia merogoh saku-saku yang lainnya. Astaga, tidak ada apa-apa di sana, kecuali beberapa bungkus obat hendak diberikan kepada Nia, adik kekasihnya.

"Duh, maaf ya, aku lupa bawa uang!" kata Aristi mencoba untuk dipahami.

Faris hanya diam. Ia memandang wajah Aristi yang nampak bingung dan mulai memerah. Segurat rasa malu terpampang jelas di wajahnya yang polos.

"Tidak apa-apa. Besok atau kapan saja baru dibayar," kata Faris dengan senyuman manisnya.

Aristi tercengang. Pemuda itu nampak ganteng kalau tersenyum. Sejak di bengkel, ia hanya cuek saja. Padahal, ia pemuda baik, ganteng pula.

"Faris," katanya.

"Aristi," jawabnya malu-malu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun